Sri Rejeki Isman (SRIL) bidik laba 2018 naik hingga 25%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) lebih ekspansif pada tahun ini. Ekspansi itu ditandai dengan aksi perusahaan mengakuisisi dua perusahaan tekstil, yaitu PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bintratex Industries pada awal 2018.

Sekretaris Perusahaan SRIL, Welly Salam mengatakan, tahun ini, kedua perusahaan tersebut sudah dapat berkontribusi terhadap pendapatan perseroan. "Kontribusi tahun ini sebesar 20% dari total penjualan," ujar Welly kepada Kontan.co.id, Jumat (18/5).

Selain akuisisi, tahun ini, SRIL juga menggelontorkan belanja modal sebesar US$ 30 juta sampai US$ 40 juta untuk meningkatkan kapasitas produksi sebesar 20 juta sampai 30 juta yards per tahun.


Peningkatan ekspor tekstil Indonesia sebesar 7,9% per tahun juga ikut mengerek kontribusi ekspor SRIL. Tahun lalu, konstribusi penjualan ekspor SRIL sebesar 53,5%. "Tahun ini target kontribusinya naik menjadi 56% sampai 58% dari total penjualan," kata Iwan Setiawan, Direktur Utama SRIL dalam keterangan resmi, Jumat (18/5).

Iwan menambahkan, SRIL akan mengembangkan pasar ekspor baru dengan menambah portofolio pelanggan global.

Saat ini, SRIL memproduksi empat jenis produk, yaitu benang, kain mentah, kain jadi dan pakaian. Dari total pendapatan tahun lalu sebesar US$ 759 juta, kontribusi benang paling tinggi yaitu sebesar 38%. Diikuti pendapatan dari pakaian jadi sebesar 26% dan kain jadi sebesar 25%. Sementara, kontribusi pendapatan dari kain mentah menyumbang 11%.

Tahun ini, SRIL menargetkan pertumbuhan pendapatan berkisar 35%-40%, dan pertumbuhan laba bersih ditaksir sebesar 20%-25%. Sebagai catatan, laba bersih SRIL tahun lalu sebesar US$ 68 juta.

Analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menilai, prospek SRIL cukup cerah. "Penopang kinerja SRIL adalah tingkat permintaan baik secara domestik maupaun global," ujar Nafan.

Sentimen lain yang menopang kinerja SRIL adalah penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Sebab, pangsa pasar produk SRIL tak terbatas di pasar domestik. Tahun lalu, perusahaan berhasil menjual produknya ke pasar ekspor sebesar US$ 405 juta.

Nafan menilai, manajemen utang SRIL juga jauh lebih baik. "SRIL berhasil menekan beban utang, tahun lalu 186% dan tahun ini berhasil ditekan menjadi 170%,"paparnya.

Terlebih, baru-baru ini SRIL menerbitkan medium term notes (MTN) untuk modal kerja dan melakukan refinancing. Sementara, kondisi kas perseroan meningkat signifikan 110,2% menjadi US$ 127,2 juta dari sebelumnya US$ 60,5 juta.

Nafan merekomendasikan beli saham SRIL dengan terget jangka pendek di area Rp 330 sampai Rp 336. "Sedangkan, jangka panjang di level Rp 398," proyeksinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini