Sri Rejeki Isman (SRIL) tertarik super deductable tax



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Keberadaan regulasi yang mengatur super deductible tax atau pengurangan pajak di atas 100% tentu diminati para pelaku industri. Salah satunya PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), apalagi insentif khusus tersebut menjadikan sektor tekstil sebagai bagian dari yang berpeluang menerimanya.

"Untuk ini, kami menyambut baik niat pemerintah namun untuk saat ini kami baru mengakhiri capex cycle di akhir tahun lalu. Jadi mungkin akan next capex cycle baru bisa menikmati," ujar Joy Citradewi, Corporate Communication SRIL kepada Kontan.co.id, Selasa (16/7).

Sayangnya Joy belum bisa menjabarkan lebih detil aspek apa yang bakal diinvestasikan perseroan guna mendapatkan insentif tersebut.


Seperti yang diketahui, capex perseroan tahun ini dianggarkan senilai US$ 30-40 juta. Sebagian besar digunakan untuk pemeliharaan mesin, dimana pada tahun ini, SRIL memiliki fokus untuk mengutamakan sustanability.

Selain melihat peluang untuk mendapatkan insentif, perseroan juga tengah menggenjot pasar ekspornya. "Betul memang ada potensi kenaikan ekspor khususnya di AS," kata Joy.

Perusahaan menargetkan penjualan ekspor bisa berkontribusi dalam kisaran 62%-65% dari total penjualan pada tahun ini. Lebih lanjut Joy bilang, SRIL yakin bahwa tingkat daya saing perusahaan tekstil di Indonesia tidak kalah dibandingkan negara-negara lain seperti Vietnam dan Bangladesh.

"Tentunya, masih terus bisa ditingkatkan dengan sinergi antara para pelaku usaha dan pemerintah dari hulu hingga hilir," kata Joy.

Manajemen memaparkan bahwa, Indonesia saat ini baru mengisi 2-3% dari kebutuhan tekstil global dimana nilai ekspor nasional tahun 2018 tercatat sebesar US$ 13,8 miliar.

Mengulik laporan keuangan semester pertama tahun ini, porsi penjualan ekspor terhadap total revenue ialah 59,7% atau senilai US$ 377,7 juta. Penjualan ekspor mampu tumbuh 29% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 291,78 juta.

Porsi penjualan ke AS dan Amerika Latin di paruh pertama tahun ini memang hanya 13,5% dari total ekspor, namun pertumbuhan segmen ini di atas penjualan ekspor lainnya.

Penjualan segmen AS dan Amerika Latin tercatat senilai US$ 51,35 juta sampai akhir Juni 2019, naik hampir empat kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 15,98 juta.

Porsi penjualan ekspor terbesar masih dipegang oleh segmen Asia sekitar 60% dari total ekspor SRIL atau senilai US$ 228,4 juta. Namun pertumbuhannya hanya 4,5% year on year (yoy) dibandingkan semester pertama tahun kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini