Sri Rejeki targetkan akuisisi dua perusahaan rampung bulan ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menargetkan proses akuisisi dua perusahaan bisa rampung bulan ini. Saat ini perusahaan tengah mengawal proses tersebut. Apabila proses akuisisi ini rampung, maka produksi produk tekstil SRIL bisa meningkat.

Welly Salam, Sekretaris Perusahaan SRIL menyatakan, proses formal masih terus belanjut. Saat ini, proses akuisisi tersebut masih menunggu dari instansi terkait, antara lain Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). “Target bulan ini (rampung),” kata Welly, Rabu (7/2).

SRIL dan perusahaan terafiliasi, PT Sinar Pantja Djaja memang tengah memproses akuisisi dua perusahaan tekstil, yakni PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bitratex Industries Pte Ltd. Sebelumnya, Welly menyatakan, pihaknya tengah menyelesaikan beberapa persyaratan lain, seperti akta jual beli.


Langkah akuisisi SRIL ini menyusul pengumpulan dana lewat private placement dan penerbitan medium term notes (MTN). Sritex menyelesaikan private placement dengan pencapaian dana segar Rp 658 miliar. Pada Selasa (12/12), SRIL menerbitkan MTN senilai US$ 10 juta. MTN ini merupakan bagian dari penerbitan MTN dengan total nilai US$ 80 juta.

Pada Oktober 2017 lalu, SRIL telah menerbitkan MTN senilai US$ 30 juta. Artinya, masih ada sisa penerbitan MTN senilai US$ 40 juta. SRIL berniat menerbitkan sisa MTN pada Februari 2018. Fitch Rating menyematkan peringkat A+ untuk surat utang jangka menengah SRIL ini. Namun, terkait dengan rencana sisa penerbitan MTN senilai US$ 40 juta tersebut, SRIL belum dapat memastikan. “Belum ada kabar dari arranger,” jawab Welly.

Dia menambahkan, kedua perusahaan yang akan diakuisisi tersebut memiliki kemampuan produksi sebanyak 300 mata pintal. Sehingga nantinya, setelah proses akuisisi rampung, SRIL memiliki kemampuan produksi sebanyak 900 mata pintal. Kenaikan jumlah produksi tersebut juga seiring dengan adanya potensi kenaikan pendapatan. “Sekitar 35% gabungan (pertumbuhan pendapatan perusahaan pasca akuisisi),” ujar Welly.

Total pendapatan kedua perusahaan berpotensi senilai US$ 180 juta sampai US$ 200 juta. Jika proyeksi penjualan tersebut dikonsolidasikan dengan SRIL, maka pendapatan SRIL akan terdongkrak. SRIL membidik tahun ini penjualan bisa tembus US$ 1 miliar. Perusahaan yang dikenal dengan sebutan Sritex ini menargetkan pendapatan tahun ini bisa dikonsolidasikan dengan kedua perusahaan hasil akuisisi.

Tahun ini, SRIL melihat penjualan juga kian membaik. Hal ini lantaran ditunjang tahun politik. Indonesia telah masuk tahun politik pada 2018 dengan adanya pemilihan kepada daerah serentak, hingga 2019 saat pemilihan presiden. “Tahun politik baik untuk bisnis seragam dan juga bisnis kain,” ungkap Welly.

SRIL menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) 2018 sebesar US$ 25 juta sampai US$ 30 juta. Dana ini merupakan kebutuhan untuk memenuhi peralatan pabrik Sritex. Diantaranya digunakan untuk maintenance spare part mesin dan upgrade teknologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini