SRIL berencana percepat ubah laporan keuangan



JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mempertimbangkan untuk mempercepat pelaporan keuangan dari rupiah ke dollar Amerika Serikat. Sekretaris Perusahaan SRIL Welly Isman mengatakan, percepatan peralihan itu karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Awalnya, SRIL berencana menggunakan laporan keuangan dengan mata uang dollar pada kuartal pertama 2015. Namun, Welly mengatakan ada kemungkinan laporan keuangan tahunan 2014 memakai satuan mata uang dollar Amerika Serikat. "Kami akan lihat posisi monetary account. Kalau liabilitas masih besar dari aktiva akan rugi kurs," ujar Welly kepada KONTAN, Selasa (16/12).

Asal tahu saja, eksposur SRIL terahadap dollar AS cukup besar. Terlebih, tahun ini, SRIL melalui anak usaha, Golden Legacy Pte. Ltd menerbitkan obligasi global senilai US$ 270 juta. Pertama, diterbitkan pada April 2014 dengan nilai emisi US$ 200 juta.


Kemudian, pada November 2014, perseroan kembali menerbitkan global bond senilai US$ 70 juta. Kendati diterbitkan terpisah, penerbitan obligasi ini dicatat secara konsolidasi dan tangal penerbitan diseragamkan.

Bunga obligasi ini sebesar 9% per tahun yang dibayarkan setiap tanggal 24 April dan 24 Oktober setiap tahun. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam waktu lima tahun. SRIL juga menerbitkan medium term notes (MTN) dengan total niai setara dengan US$ 30 juta. Bunga dari surat utang ini sebebesar 6% per tahun.

Namun, menurut Welly, MTN dan global bonds tersebut masih di posisi aktiva karena belum sepenuhnya terealisasi. Ia mengaku, selama ini, perseroan tidak melakukan aksi lindung nilai alias hedging. "Kami hanya melakukan natural hedging," kata dia.

Saat ini, sekitar 70% penjualan SRIL menggunakan dollar AS. Kendati, porsi penjualan ekspor dan lokal saat ini sama rata, namun, beberapa penjualan produk di dalam negeri menggunakan mata uang dollar AS.

Sehingga, jika dilihat dari perbandingan komposisi pendapatan rupiah dan dollar AS perseroan masing-masing sebesar 30% dan 70%. Dengan adanya perubahan mata uang dalam laporan keuangan ini, dampak gejolak nilai tukar yang menyebabkan rugi akibat kurs belum terealisasi (unrealized foreign exchange lost) bisa diminimalisir.

Mengutip laporanĀ  keuangan perseroan di kuartal III-2014, rugi akibat selisih kurs SRIL tercatat seebsar Rp 98 miliar. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu senilai Rp 19 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can