SRIL cari pinjaman US$ 80 juta-US$ 100 juta



JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menunda pencarian duit segar melalui penerbitan obligasi global. Kini, perseroan lebih memilih opsi perolehan dana segar melalui pinjaman perbankan.

"Kami akan mencari fasilitas pinjaman sekitar US$ 80 juta hingga US$ 100 juta," ujar Corporate Secretary SRIL kepada KONTAN, (9/9).

Perlu diketahui, beberapa waktu lalu RUPSLB menyetujui SRIL untuk menerbitkan obligasi global senilai US$ 350 juta. Namun, besaran yang dieksekusi baru sebesar US$ 200 juta yang telah digunakan refinancing utang dan kebutuhan pembangunan pabrik.


Saat ini, perseroan masih membutuhkan sejumlah dana untuk kebutuhan belanja modal tahun depan. Mengingat ini merupakan belanja modal, manajemen menilai jika pinjaman perbankan lebih tepat dibanding mengeksekusi sisa plafon obligasi yang telah disetujui. Sebab, jika menggunakan pinjaman maka penarikannya bisa ditarik secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

Welly memastikan, pinjaman tersebut bakal segera terealisasi dalam waktu dekat ini. "Ini kami kerja mulai dari sekarang, jadi bisa terealisasi sesegera mungkin, dan bentuknya pinjaman sindikasi dari bank asing," imbuhnya.

Manajemen juga mempertimbangkan soal rasio utang terhadap ekuitas atau debt ti equity ratio (DER) terkait pinjaman yang tengah dicari perseroan. Manajemen akan menjaga DER perseroan tidak melebihi batas 2 kali hingga 2,2 kali.

Sementara, posisi DER SRIL per Maret sekitar 1,27 kali. Namun, angka ini belum memperhitungkan utang yang telah di-refinancing perseroan mengingat 60% dari penerbitan obligasi US$ 200 juta itu digunakan untuk refinancing.

Catatan saja, SRIL telah menganggarkan alokasi belanja modal tahun depan sekitar US$ 104 juta. Anggaran tersebut akan digunakan untuk memperbesar kapasitas produksi sejumlah divisi yang dimiliki SRIL.

Rinciannya, senilai US$ 10 juta untuk penambahan 6 juta potong pakaian jadi, weaving US$ 49 juta untuk penambahan 80 juta meter kain mentah dan dyeing/finishing sebesar US$ 45 juta untuk penambahan 64 juta yards kain jadi.

Dengan ekspansi tersebut, manajemen berharap mampu kencetak pendapatan Rp 10,6 triliun, naik 25% dibanding target pendapatan tahun ini sebesar Rp 8,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie