SRIL targetkan laba 2015 sentuh Rp 1,18 triliun



JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) memiliki sejumlah rencana demi meningkatkan kinerja di tahun 2015 mendatang. Selain menggenjot produksi, perseroan juga akan melakukan efisiensi guna mengerek laba.

Allan Moran Severino, Direktur Keuangan SRIL menargetkan tahun depan perseroan ingin meningkatkan penjualan sebesar 12% secara year-on-year (yoy). Tahun ini, emiten tekstil ini memproyeksikan penjualan bisa menyentuh angka Rp 7,1 triliun.

Dengan demikian, pada 2015 mendatang, manajemen SRIL berharap angka penjualan mencapai Rp 7,95 triliun. Begitu juga, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) ditargetkan bisa naik 12% dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp 1,18 triliun.


Kenaikan laba itu tidak lepas dari penghematan yang dilakukan perseroan. Mulai dari penghematan dari sisi operasional hingga keuangan. Dari segi operasional, salah satunya adalah mengalihkan pengerjaan proses produksi dari tenaga manusia ke tenaga mesin alias automasi.

"Adanya proses automation proses produksi jadi lebih cepat sehingga lebih efisien," ujar Allan, Selasa (2/12).

Namun, ia mengelak, kalau proses automasi ini akan berdampak adanya pemangkasan karyawan. Allan bilang, para pekerja yang awalnya bekerja di salah satu lini produksi tertentu akan dialihkan di pabrik baru yang akan dibangun perseroan.

Lalu, penghematan di sektor keuangan berasal dari adanya penyelesaian utang berbunga tinggi. Tahun ini, perseroan melakukan refinancing utang rupiah sekitar Rp 1,3 triliun atau setara dengan US$ 110 juta.

Utang bank tersebut memiliki bunga di kisaran 12%-13%. Perseroan kemudian menerbitkan obligasi global pada April 2014 senilai US$ 200 juta. Obligasi ini memiliki bunga tetap sebesar 9% per tahun. Dana hasil penerbitan obligasi inilah yang digunakan SRIL untuk menyelesaikan utang bermata uang garuda tersebut.

Nah, dampak penyelesaian utang ini akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan pada tahun depan. Adapun, masa jatuh tempo utang rupiah tersebut baru terjadi pada 2016 mendatang. Sebagai tambahan informasi, pada November 2014, perseroan kembali menerbitkan global bonds senilai US$ 70 juta.

Tenor dari dua global bonds ini adalah lima tahun. Masih di bulan yang sama, SRIL juga menerbitkan medium term notes (MTN) dengan total niai setara dengan SU$ 30 juta. Bunga dari surat utang ini sebebesar 6% per tahun.

Menrut Allan, beban bunga perseroan di tahun depan akan menipis menyusul adanya refinancing dengan bunga yang lebih murah ini. Selanjtunya, dari segi peningkatan penjualan tak lepas dari peran adanya kenaikan volume produksi menyusul adanya peningkatan kapasitas produksi.

Welly Salam, Sekretaris Perusahaan SRIL menambahkan, perseroan sudah membuat rencana produksi hingga 2016 mendatang. Kapasitas spinning diharapkan bisa mencapai 654.000 ball dari 566.000 ball saat ini.

Kemudian, weaving naik dari 120 juta meter menjadi 180 juta meter, lalu pada finishing meningkat dari 120 jtua yard menjadi 140 juta yard. Terakhir, produksi garmen ditargetkan bertambah dari 12 juta potong menjadi 30 juta potong.

"Untuk tahun depan, targetnya sekitar 50%-60% dari total kapasitas yang ditargetkan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie