Sritex menggenjot mesin ke pasar ekspor



JaKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk boleh berlega hati karena meninggalkan catatan kinerja kuartal I-2014 yang masih di jalur yang diharapkan. Produsen aneka garmen ini membukukan penjualan bersih sebesar Rp 1,59 triliun, atau naik 50% dari capaian di periode yang sama tahun lalu. Sementara laba bersih terkerek 86,31% menjadi Rp 61,6 miliar.

Perusahaan yang lebih dikenal dengan nama Sritex ini mengaku kinerja di tiga bulan pertama tertopang dua ekspansi. Pertama, akuisisi pabrik pemintalan di Semarang, Jawa Tengah pada tahun lalu. Alhasil, total volume produksi pemintalan Sritex tahun ini bisa mencapai sekitar 530.000 mata pintal per tahun.

Kedua, pembukaan pabrik garmen di awal tahun ini. Hal ini mendukung total kapasitas volume produksi garmen menjadi 16 juta potong pakaian per tahun. "Pendukung pertumbuhan karena ekspansi kami sudah normal," kata Welly Salim, Sekretaris Perusahaan Sri Rejeki Isman.


Selain dua ekspansi tadi, perusahaan yang baru mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia pada Mei 2013 lalu ini juga menyebutkan berkah memenangkan tender seragam untuk Jerman, Malaysia, Belanda dan Portugal. Untuk tender di Jerman dan Malaysia saja, Sritex mendapat pesanan 2,1 juta potong seragam.

Bagi Sritex, potensi pasar ekspor masih terbuka lebar. Tak heran jika tahun ini Sritex menaruh perhatian lebih di ceruk pasar ini. Sampai-sampai, perusahaan berani menargetkan tahun ini penjualan ekspor bisa berkontribusi sebesar 60% terhadap total penjualan.

Kata Welly, salah satu potensi pasar ekspor, adalah dengan mencuil suplai dari China. Dia bercerita, saat ini, pasar garmen Indonesia baru berkontribusi 2% terhadap terhadap pasar garmen dunia. Sementara Negeri Panda  itu mampu memasok 30% kebutuhan garmen global.

Menariknya, Welly mengakui banyak konsumen yang memindahkan pesanan dari China ke Indonesia karena harga jual garmen di China sudah terlalu tinggi.

Nah, hitungan Welly, jika ada limpahan pesanan sebesar 2% lagi dari China ke Indonesia, penjualan ekspor Sritex bisa tumbuh 100%. "Saat ini sudah ada konsumen merek terkenal yang datang ke kami," ungkap Welly. Sayang dia bungkam saat ditanya siapa konsumen yang dimaksud.

Belanja modal belum maksimal dipakai

Tanpa menyebutkan besaran target, Welly meyakini kinerja penjualan ekspor di kuartal II bakal lebih baik daripada kuartal I. "Karena beberapa negara sudah masuk summer," ujar Welly.

Namun angan Sritex untuk mendekap pasar ekspor lebih besar lagi tampaknya harus disertai kerja keras. Pasalnya, jika kembali melongok catatan kinerja kuartal I-2014, kontribusi penjualan domestik masih lebih besar. Dengan sumbangsih Rp 1,01 triliun, penjualan domestik masih menjadi mendominasi dengan porsi 58,29%.

Penjualan domestik ini lebih banyak berasal dari penjualan benang yang mencapai Rp 387,95 miliar, atau setara dengan 38,29%. Kemudian penjualan jadi Rp 190,76 miliar, penjualan pakaian jadi Rp 130,87 miliar dan penjualan kain mentah Rp 16,44 miliar.

Tahun ini sendiri Sritex mengalokasikan belanja modal sekitar US$ 50 juta. Namun di sepanjang kuartal I-2014, perusahaan mengaku belum banyak menggunakan dana tersebut. Kalaupun digunakan, hanya untuk perawatan mesin produksi saja. "Baru nanti di kuartal II dan III, akan lebih banyak penggunaan untuk pembelian mesin," beber Welly tanpa mengatakan jumlah dana yang dipakai untuk dua kuartal.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina