Sritex perluas pabrik di Solo senilai US$ 105 juta



SOLO. PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) memperluas pabrik produksinya. Perluasan pabrik PT Sritex Tbk menelan investasi senilai 104 juta dolar AS untuk meningkatkan kapasitas produksi terutama di sektor pewarnaan (drying & finishing).

Presdir Sritex Iwan Setiawan Lukminto pada peletakan batu pertama perluasan pabrik di Sukoharjo, Jawa Tengah, mengatakan investasi tambahan itu merupakan bagian dari strateginya untuk memenangkan persaingan.

"Untuk bisa bersaing global, kami mengambil langkah strategis, menciptakan ragam produksi tekstil dan garmen untuk perlengkapan militer dan fesyen," ujarnya.


Untuk mendukung target tersebut, pihaknya melakukan perluasan pabrik senilai 104 juta dolar AS yang dananya diperoleh dari obligasi.

Dengan perluasan pabrik tersebut akan ada tambahan produksi dari sektor pemintalan benang (spinning) menjadi 54.500 bal per bulan dari sebelumnya 47.000 bal dan kapasitas pertenunan (weaving) menjadi 15 juta meter dari sebelumnya 10 juta meter per bulan.

Selain itu, sektor pewarnaan (drying & finishing) kapasitasnya naik dari 10 juta menjadi 20 juta yard per bulan, dan kapasitas garmen naik dari satu juta menjadi 2,5 juta pakaian jadi per bulan. "Kami ingin mendorong Sritex tercapainya industri garmen terintegrasi dari hulu ke hilir," ujar Iwan.

Ia memperkirakan ada 3.000 tambahan tenaga kerja baru di Sritex. Saat ini perusahaan tekstil yang berdiri sejak tahun 1966 itu telah memiliki 58.000 karyawan.

Dalam strategi ekspansi itu, Sritex juga tengah mempersiapkan produksi TPT berbasis bahan baku serat rayon untuk diproduksi hingga menjadi garmen.

Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam peresmiannya mengapresiasi Sritex karena berkontribusi positif pada neraca perdagangan nasional.

"Meskipun di tengah pemberlakuan berbagai kesepakatan perdagangan (FTA) baik yang bersifat bilateral maupun regional serta berbagai kendala yang dihadapi industri, PT Sritex Tbk. dapat bertahan dan melewati kondisi sulit tersebut," kata Menperin melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Menperin mengatakan, PT Sritex Tbk tidak hanya memenuhi permintaan kebutuhan tekstil dan pakaian jadi secara umum, namun juga telah menyuplai kebutuhan tekstil di bidang pertahanan.

Diantaranya tenda, tas ransel, sepatu, serta seragam militer, baik dalam negeri maupun ekspor, terutama untuk negara Jerman dan negara NATO lainnya dengan berbagai teknologi tinggi yang dikenakan pada produknya, seperti teknologi anti inframerah, anti api, anti peluru, anti radiasi dan anti serangga.

"Saya juga sangat mengapresiasi teknologi yang telah diterapkan oleh PT Sritex Tbk untuk terus mengembangkan smart textile yang mempunyai value added yang cukup tinggi pada bidang TPT," kata Menperin.

Sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pengembangan technical textile di dalam negeri, Menperin berharap PT Sritex, Tbk juga memberikan kontribusi dengan melakukan diversifikasi pada produknya dan menjadi pionir untuk produsen technical textile.

Pengembangan technical textile tersebut perlu terus diupayakan mengingat semakin berkembangnya pembangunan infrastruktur di dalam negeri serta semakin meningkatnya kebutuhan akan produk technical textile.

"Hal ini merupakan peluang pasar yang besar bagi produk TPT berbasis teknologi tinggi sebagaimana yang diterapkan oleh PT Sritex Tbk," tegas Menperin.

Selanjutnya, PT Sritex Tbk terus didorong untuk memenuhi kebutuhan benang di dalam negeri dan ekspor dengan tetap mengutamakan bahan baku lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa