Sriwahana Adityakarta berjibaku menjaga bahan baku



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sriwahana Adityakarta Tbk berencana memperkuat bisnisnya. Emiten yang menggunakan kode saham SWAT di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kemasan karton, paper cone dan paper tube.

SWAT mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di BEI pada 8 Juni lalu. Emiten ini menerbitkan 664,20 juta saham IPO setara dengan 22% saham dengan harga penawaran Rp 160 per saham. Dari aksi korporasi tersebut, SWAT meraup dana senilai Rp 106,27 miliar.

Manajemen SWAT menggunakan dana hasil IPO untuk memperkuat modal kerja. Modal kerja dari aksi korporasi tersebut dipakai untuk membeli bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan.


Sejatinya, permintaan atas produk SWAT terus meningkat, sehingga manajemen perusahaan ini membuka pertimbangan untuk menambah jumlah pemasok. Di saat yang sama, SWAT masih terkendala oleh keterbatasan persediaan bahan baku.

Presiden Direktur SWAT Alim Susanto mengemukakan, saat ini SWAT masih fokus mengembangkan kapasitas produksi. Sebab, saat ini operasional bisnis Sriwahana masih sangat bergantung pada bahan baku yang berasal dari para pemasok. Selama ini Sriwahana memang masih menghadapi keterbatasan bahan baku. Alhasil, kebutuhan bahan baku 100% bergantung pada para pemasok.

Amankan pasokan

Untuk mengamankan pasokan bahan baku, SWAT mendirikan anak usaha, yakni PT Mulia Cipta Teknologi. Anak usaha inilah yang nantinya menjadi andalan SWAT untuk memasok bahan baku. Dengan demikian, rencana Sriwahana menggenjot ekspansi akan semakin mudah.

Manajemen SWAT mengakui selama ini pasokan bahan baku masih menjadi kendala. Emiten yang berkantor pusat di Jalan Raya Solo - Yogya Km 16 Bendosari Boyolali ini juga mencoba menanggulangi permasalahan tersebut dengan melakukan ekspansi ke bisnis paper mill.

Ekspansi SWAT di paper mill saat ini masih dalam masa percobaan dan kemungkinan baru bisa berproduksi pada September tahun ini. Manajemen SWAT menargetkan kapasitas produksi paper mill setidaknya berkisar 100 ton hingga 150 ton per hari.

SWAT saat ini masih fokus dengan Mulia Cipta Teknologi. "Kami masih menunggu semuanya lancar terlebih dahulu dan di 2019 baru kami akan melakukan perkiraan lainnya," ujar Alim.

Dengan mulai beroperasinya pabrik paper mill tersebut, kelak manajemen SWAT berharap bisa meraih pertumbuhan pendapatan sebesar 8% hingga 10%.

Saat ini, SWAT memiliki dua pabrik. Soal kapasitas, jika diakumulasi dalam sebulan pabrik ini menghasilkan setidaknya 4.000 ton dengan utilisasi sebesar 30%.

Perusahaan ini juga menjual kemasan karton paper cone dan paper tube. Sebanyak 60% dari total produksi SWAT menyasar segmen food and beverage, kemudian 10% hingga 20% digunakan untuk special box di bidang militer.

Bagi kalangan militer di Indonesia, memang pasokan produknya hanya dari SWAT. Karena pembuatan untuk special box militer membutuhkan beberapa persyaratan dan SWAT sudah memiliki kerjasama khusus dengan salah satu perusahaan yang memproduksi seragam militer.

Berbicara mengenai pangsa pasar, Alim mengatakan persaingan akan selalu tumbuh, namun tidak secara langsung. "Kalau sampai senggol-senggolan, sih, enggak ya. Kami bisa dikatakan berdampingan dengan pemain lain," kata dia.

Selama ini, pemain di industri kertas yang cukup dominan antara lain PT Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM). Namun, segmen pasar kedua perusahaan di bawah Grup Sinarmas tersebut berbeda dengan pasar yang menjadi sasaran SWAT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati