SRTG mengincar perusahaan konsumer



JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berencana masuk bisnis konsumer. Saat ini, SRTG baru menjalani bisnis di bidang pertanian, perkebunan, telekomunikasi, perdagangan, industri, energi, pembangunan, transportasi dan jasa.

"Beberapa bulan lalu, kami banyak melihat peluang di bidang konsumer. Tapi harga masih belum menarik," aku Sandiaga Salahudin Uno, Presiden Direktur SRTG, kepada KONTAN. Untuk memuluskan rencana itu, SRTG berusaha mencari perusahaan yang masih berada dalam tahap awal perkembangan.

Selain itu, SRTG sedang serius menjalani bisnis di infrastruktur. Sandiaga bilang, telah memberikan pendanaan mezzanine kepada anak usahanya, PT Lintas Marga Sedaya. Dana itu untuk mengerjakan proyek tol Cikampek-Palimanan. Selain itu, SRTG juga menambah investasi Tenaga Listrik di Gorontalo.


Di sektor Sumber Daya Alam (SDA), Saratoga menambah kepemilikan saham di Sumatera Copper & Gold Finders dan Sihayo yang bergerak di bidang mineral. "Kami juga membeli surat berharga yang diterbitkan perusahaan mineral," ujar Sandiaga.

Sampai September 2013, SRTG telah mengeluarkan dana Rp 2,1 triliun untuk investasi. Dana tersebut dari hasil penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) Rp 1,42 triliun. Selain itu, Saratoga juga menarik pinjaman bank Rp 2,65 triliun per akhir September 2013.

Pada Februari 2013 lalu selain membeli PT Mitra Phinastika Mustika Tbk (MPMX), SRTG juga mengakuisisi perusahaan yang bergerak di bidang penanaman kelapa sawit yakni PT Agro Maju Raya. SRTG juga membeli PT Hamparan Sawit Nusantara pada 20 September 2013.

Pada kuartal III 2013, pendapatan SRTG naik 32,74% dari Rp 1,71 triliun menjadi Rp 2,27 triliun. Kontribusi pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari penjualan barang Rp 2,2 triliun. Lalu jasa pelayaran Rp 55,3 miliar, serta lain-lainnya Rp 7,25 miliar. Selain itu, SRTG juga mendapat pemasukan dari sewa pihak berelasi Rp 1,02 triliun.

Analis First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto menilai, niat SRTG memasuki sektor konsumer cukup positif. Pasalnya, bisnis sektor konsumer memang terbilang cukup defensif. Namun, marjin di sektor konsumer terbilang kecil. Namun, pertumbuhan laba bersih lebih stabil. Dengan kas yang banyak, ia melihat SRTG sangat mungkin untuk diversifikasi.

Saat ini, SRTG terbiasa mengembangkan bisnis tambang. Namun dengan penurunan harga komoditas, kinerja emiten tambang rontok. Tak ayal, SRTG mengalami rugi Rp 91,08 miliar di kuartal III tahun ini. Padahal di kuartal III 2012, SRTG masih laba Rp 1,76 triliun. Ini karena, rugi selisih kurs dan perubahan nilai wajar aset.

Menurut David, rugi SRTG dapat membengkak menjadi Rp 200 miliar-Rp 250 miliar di kuartal IV tahun ini. Pasalnya, rupiah kian melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana