JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) berhasil membukukan pendapatan usaha konsolidasi sebesar Rp 2,876 triliun. Perusahaan yang bergerak di sektor properti, konstruksi dan perhotelan ini pun mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 257 miliar di akhir 2011.Dalam keterbukaan informasi yang diberikan perusahaan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (28/2), disebutkan pendapatan usaha konsolidasi SSIA tahun 2011 meningkat 70% dibandingkan pendapatan di 2010 yang senilai Rp 1,690 miliar.Sedangkan, laba usaha 2011 mencapai Rp 466 miliar, atau meningkat 189% dibandingkan laba usaha konsolidasi 2010 yang tercatat Rp 161 miliar. Sementara, laba bersih konsolidasi di tahun lalu meningkat signifikan, yaitu lebih dari dua kali lipat atau 122% dibandingkan laba bersih konsolidasi 2010 yang sebesar Rp 116 miliar.Kenaikan tersebut didukung melonjaknya angka penjualan lahan industri serta pertumbuhan jasa konstruksi. Unit usaha kawasan industri yang dikelola PT Suryacipta Swadaya (SCS) telah berhasil menjual lahan industri di Suryacipta City of Industry seluas 208 hektare dengan harga rata-rata jual +/- US$ 43 per m2 atau senilai Rp 798 miliar, dibandingkan penjualan tahun 2010 yang tercatat seluas 37 hektare atau senilai Rp 130 miliar. Prestasi yang dicapai oleh kawasan industri ini menyebabkan unit usaha properti memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 908 miliar, meningkat Rp 673 miliar atau 286% dibandingkan tahun 2010 yang sebesar Rp 235 miliar. Uni usaha ini menyumbang 32% dari pendapatan usaha konsolidasi, dan 64% dari laba usaha konsolidasi tahun 2011. Sementara, unit usaha jasa konstruksi SSIA melalui PT Nusa Raya Cipta (NRC), mencatat pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 55%, yaitu dari Rp 978 miliar pada 2010 menjadi Rp 1,520 triliun pada 2011. Unit usaha jasa konstruksi seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya, tetap merupakan penyumbang terbesar terhadap pendapatan usaha konsolidasi SSIA. Pada tahun 2011 ini, kontribusinya adalah sebesar 53%, sedangkan untuk laba usaha konsolidasi SSIA, jasa konstruksi hanya menyumbang sebesar 18%. Nilai contract on hand NRC di akhir 2011 tercatat sebesar Rp 1,5 triliun, sedangkan kontrak baru yang diperoleh selama 2011 sebesar Rp 1,7 triliun. Sedangkan di unit usaha perhotelan, melalui Gran Melia Jakarta (GMJ), Melia Bali Indonesia (MBH) dan Banyan Tree Ungasan Resort, Bali (BTUR), SSIA seperti yang diproyeksikan hanya mencatat pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 8%, yaitu dari Rp 413 miliar pada 2010 menjadi Rp 448 miliar pada 2011. Unit usaha perhotelan SSIA menyumbang 15% dari pendapatan usaha konsolidasi dan sebesar 18% terhadap laba usaha konsolidasi. Renovasi GMJ sejak Juni 2011, menyebabkan pendapatan GMJ turu, karena tidak dioperasikannya sebagian besar kamarnya selama renovasi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
SSIA bukukan pendapatan Rp 2,87 triliun di 2011
JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) berhasil membukukan pendapatan usaha konsolidasi sebesar Rp 2,876 triliun. Perusahaan yang bergerak di sektor properti, konstruksi dan perhotelan ini pun mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 257 miliar di akhir 2011.Dalam keterbukaan informasi yang diberikan perusahaan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (28/2), disebutkan pendapatan usaha konsolidasi SSIA tahun 2011 meningkat 70% dibandingkan pendapatan di 2010 yang senilai Rp 1,690 miliar.Sedangkan, laba usaha 2011 mencapai Rp 466 miliar, atau meningkat 189% dibandingkan laba usaha konsolidasi 2010 yang tercatat Rp 161 miliar. Sementara, laba bersih konsolidasi di tahun lalu meningkat signifikan, yaitu lebih dari dua kali lipat atau 122% dibandingkan laba bersih konsolidasi 2010 yang sebesar Rp 116 miliar.Kenaikan tersebut didukung melonjaknya angka penjualan lahan industri serta pertumbuhan jasa konstruksi. Unit usaha kawasan industri yang dikelola PT Suryacipta Swadaya (SCS) telah berhasil menjual lahan industri di Suryacipta City of Industry seluas 208 hektare dengan harga rata-rata jual +/- US$ 43 per m2 atau senilai Rp 798 miliar, dibandingkan penjualan tahun 2010 yang tercatat seluas 37 hektare atau senilai Rp 130 miliar. Prestasi yang dicapai oleh kawasan industri ini menyebabkan unit usaha properti memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 908 miliar, meningkat Rp 673 miliar atau 286% dibandingkan tahun 2010 yang sebesar Rp 235 miliar. Uni usaha ini menyumbang 32% dari pendapatan usaha konsolidasi, dan 64% dari laba usaha konsolidasi tahun 2011. Sementara, unit usaha jasa konstruksi SSIA melalui PT Nusa Raya Cipta (NRC), mencatat pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 55%, yaitu dari Rp 978 miliar pada 2010 menjadi Rp 1,520 triliun pada 2011. Unit usaha jasa konstruksi seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya, tetap merupakan penyumbang terbesar terhadap pendapatan usaha konsolidasi SSIA. Pada tahun 2011 ini, kontribusinya adalah sebesar 53%, sedangkan untuk laba usaha konsolidasi SSIA, jasa konstruksi hanya menyumbang sebesar 18%. Nilai contract on hand NRC di akhir 2011 tercatat sebesar Rp 1,5 triliun, sedangkan kontrak baru yang diperoleh selama 2011 sebesar Rp 1,7 triliun. Sedangkan di unit usaha perhotelan, melalui Gran Melia Jakarta (GMJ), Melia Bali Indonesia (MBH) dan Banyan Tree Ungasan Resort, Bali (BTUR), SSIA seperti yang diproyeksikan hanya mencatat pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 8%, yaitu dari Rp 413 miliar pada 2010 menjadi Rp 448 miliar pada 2011. Unit usaha perhotelan SSIA menyumbang 15% dari pendapatan usaha konsolidasi dan sebesar 18% terhadap laba usaha konsolidasi. Renovasi GMJ sejak Juni 2011, menyebabkan pendapatan GMJ turu, karena tidak dioperasikannya sebagian besar kamarnya selama renovasi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News