JAKARTA. Pelambatan ekonomi turut menekan industri properti. Lihat saja, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) berniat memangkas target marketing sales tahun ini. Pada Januari-Juni 2014, SSIA mencatatkan
marketing sales seluas 15,5 hektare (ha). Padahal target hingga akhir tahun adalah 65 ha. Analis Trimegah Securities, Melvina Wildasari mengatakan, awalnya target
marketing sales SSIA sejalan dengan proyeksi Trimegah. "Karena pencapaian di semester satu turun, maka kami merevisi target
marketing sales SSIA," kata dia.
Anindya Saraswati, analis Danareksa Sekuritas, menyatakan, realisasi
marketing sales SSIA di bawah ekspektasinya. "Target kami sejalan dengan estimasi manajemen di awal tahun," ungkap dia. Angka
marketing sales yang tak sesuai target, menurut Melvina, tak hanya terjadi pada SSIA. Emiten lain seperti Kawasan Industri Jababeka (KIJA) dan Bekasi Fajar Estate (BEST) juga mengalaminya. Melvina bilang, emiten properti di tahun pemilu mengalami pelambatan. Hal ini lantaran investor
wait and see terhadap hasil pemilu. Menurut Anindya, investor juga menunggu kondisi ekonomi dan politik lebih stabil. Dia berharap pemilu berjalan aman dan damai serta kebijakan pemerintah baru mendukung iklim investasi. Melvina memperkirakan, pertumbuhan
marketing sales emiten properti mulai normal kembali setelah pemilu presiden, kemungkinan di kuartal IV-2014. "Sedangkan efeknya baru terasa pada tahun depan," tutur dia. Tahun ini, SSIA masih mengandalkan bisnis konstruksi sebagai penopang utama pendapatan, disusul bisnis lahan industri. Dua bisnis lainnya, yakni penyewaan kantor, serta hotel masih berkontribusi kecil. Melvina memperkirakan, kontribusi pendapatan bisnis konstruksi tahun ini setara 62%, hampir sama dengan tahun lalu sebesar 61%. Anindya melihat bisnis konstruksi SSIA yang dijalankan anak usahanya PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) akan memberikan kontribusi utama terhadap pendapatan konsolidasi. "Kontribusi dari lahan industri terus menurun," papar dia. Salah satu proyek NRCA adalah jalan tol Cikampek-Palimanan. Tahun ini, SSIA berencana membangun tiga hotel bujet. Untuk merealisasikan proyek ini, SSIA siap menggelontorkan dana Rp 210 miliar. Dalam dua tahun ke depan, SSIA berpotensi menyelesaikan total tujuh hotel bujet. Hotel-hotel ini akan berlokasi di Karawang, Jakarta, Pekanbaru, Palembang, Cirebon, Lampung dan Balikpapan. Sedangkan hotel bujet pertama yang akan beroperasi terletak di Karawang.
Melvina mengatakan, hotel bujet belum berkontribusi besar terhadap pendapatan SSIA tahun ini. "Proyek ini bukan bisnis besar, kontribusinya juga kecil karena belum beroperasi," ungkap dia. Melvina menebak pendapatan SSIA tahun ini tumbuh 4% menjadi Rp 4,68 triliun. Laba bersihnya diperkirakan tumbuh 4% menjadi Rp 717,6 miliar. Melvina merekomendasikan
buy SSIA dengan target Rp 720 per saham. Anindya juga merekomendasikan
buy dengan target Rp 870 per saham. Analis RHB Research Institute, Lidya Suwandi merekomendasikan
neutral SSIA dengan target Rp 1.025 per saham. Harga SSIA kemarin naik 1,54% menjadi Rp 660 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro