SSMS siapkan capex US$30 juta di 2015



JAKARTA. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) berencana untuk menanam tanaman kelapa sawit baru tahun depan. Untuk itu, SSMS menyiapkan anggaran belanja modal (capex) senilai US$ 30 juta. 

SSMS berencana untuk menanam 5.000 hektare (ha) kelapa sawit tiap tahun. Adapun perkiraan total biaya tanam selama tiga tahun sekitar US$ 6.000 /ha. "Di tahun pertama kami hanya mengeluarkan sekitar 50% dari total biaya tanam sekitar US$ 30 juta," ungkap Hadi Susilo, Sekretaris Perusahaan SSMS dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (26/12). 

Saat ini, SSMS memiliki 34.000 ha lahan kelapa sawit tertanam. Dengan lahan yang ada, SSMS berharap bisa meraih laba bersih Rp 735 miliar tahun ini atau tumbuh 16,4% dari perolehan tahun lalu. 


Tahun depan, SSMS berharap bisa meningkatkan laba bersih sebesar 20% - 30%. Target ini didukung oleh aksi akusisi yang baru saja dilakukan perseroan.

Melalui anak usahanya, PT Kalimantan Sawit Abadi, SSMS mengakuisisi dua perusahaan kelapa sawit di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. SSMS mengakusisi 100% saham PT Tanjung Sawit Abadi (TSA) dan PT Sawit Multi Utama (SMU) dari PT Citra Borneo Indah. Nilai akuisisinya mencapai Rp 1,54 triliun atau setara dengan US$ 129,05 juta.

Citra Borneo merupakan pemegang saham pengendali SSMS. Dengan demikian, akuisisi ini merupakan transaksi terafiliasi. Kedua pihak telah menandatangani Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) pada 18 November 2014 lalu.

Lahan TSA dan SMU masih muda dengan usia  4 - 5 tahun. Setelah akuisisi ini, rata-rata usia lahan SSMS menjadi 6,5 tahun. Hal ini memberi menjadi peluang bagi perseroan untuk tumbuh secara organik dan terus meningkatkan produksi kelapa sawit. 

SSMS pun konsisten untuk menjaga biaya produksi agar laba terus meningkat. Maklum, biaya produksi SSMS terbilang rendah jika dibanding dengan perusahaan minyak kelapa sawit (CPO) lain. 

Selama ini, SSMS beroperasi di wilayah strategis sehingga biaya logistik, biaya management, serta biaya tenaga kerja menjadi lebih murah. Selain itu, area tanaman SSMS berada di satu lokasi sehingga perseroan bisa melakukan sharing equipment. Lebih lanjut, SSMS tidak pernah memproduksi CPO lebh dari 12 jam sehingga kualitas produk CPO yang dihasilkan memiliki kadar lemak bebas (FFA) di bawah 3,5%. 

SSMS hanya menjual CPO ke pasar lokal, seperti ke grup Wilmar, Sinarmas, dan Asian Agri. Ke depan SSMS optimis pemerintah akan meningkatkan optimalisasi penggunaan bahan bakar minyak. Hal ini bisa berdampak pada meningkatnya harga CPO. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto