ST003 berpotensi laku tapi sulit menyamai penjualan SBN ritel tahun lalu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dikabarkan menetapkan target indikatif untuk penjualan Sukuk Tabungan seri ST003 sebesar Rp 2 triliun. Target tersebut diperkirakan masih bisa tercapai, walau penjualan ST003 secara keseluruhan diprediksi sulit melampaui pencapaian seri-seri SBN ritel terdahulu.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana bilang, target indikatif sebesar Rp 2 triliun sangat mungkin tercapai ketika masa penawaran ST003 berlangsung. Dia juga menganggap target indikatif ST003 cukup realistis karena bisa saja pemerintah mempertimbangkan minat investor dari kalangan milenial yang terbilang tinggi.

Namun, minat tersebut tidak sejalan dengan volume pemesanan dari investor milenial yang ternyata masih rendah akibat faktor kemampuan finansial. Di samping itu, nilai target indikatif ST003 yang ditetapkan oleh pemerintah juga mempertimbangkan potensi kupon yang lebih rendah ketimbang ST002. “Spread ST003 kemungkinan masih akan di angka 215 bps,” kata Fikri.


Namun demikian, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menyampaikan, bukan mustahil nilai penjualan ST003 termasuk SBN ritel lainnya di tahun ini akan sulit menyamai capaian seri-seri sebelumnya yang sudah terbit di tahun lalu. Sebagai gambaran, dua SBN ritel terakhir di tahun lalu yakni SBR004 dan ST002 mampu terjual masing-masing sebesar Rp 7,32 triliun dan Rp 4,94 triliun.

Eric pun beralasan, kondisi pasar obligasi Indonesia yang telah berbeda menjadi penyebab kemungkinan tersebut terjadi. Tahun kemarin, para investor masih memandang Federal Reserve tetap agresif menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) di 2019. Sebagian investor mencari aman dengan berbondong-bondong membeli SBN ritel yang tidak diperdagangkan di pasar sekunder.

Sekarang, The Fed justru bersikap lebih dovish sehingga pelan tapi pasti volatilitas pasar obligasi Indonesia berkurang. Sentimen ini mendorong sebagian investor ritel untuk langsung mengoleksi obligasi konvensional yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder alih-alih berinvestasi SBN ritel.

Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga menambahkan, jumlah penawaran SBN ritel yang banyak dan masa penawaran yang saling berdekatan juga bakal mempengaruhi nilai penjualan instrumen tersebut, termasuk ST003.

Sebab, banyak investor ritel yang memilih menunggu momen yang tepat untuk membeli SBN ritel. Terlebih lagi, suku bunga acuan masih berpeluang naik sebelum akhirnya turun kembali. Isu melambatnya pertumbuhan dana pihak ketiga di sektor perbankan juga bisa membuat penjualan ST003 tidak lebih baik dibanding seri sebelumnya.

Seperti pada pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, sebagian mitra distribusi perbankan tidak terlalu ngotot dalam menjajakan SBN ritel. Meski demikian, sentimen ini sebenarnya bukan sesuatu yang mengkhawatirkan. “Pemerintah sudah memberlakukan kuota maksimal pada masing-masing seri SBN ritel. Harusnya ini bisa meminimalisir hilangnya DPK bank,” ungkap Desmon, hari ini.

Senada, Eric menganggap perebutan DPK antara pemerintah dan perbankan merupakan risiko dari makin beragamnya produk investasi. Biar kedua belah pihak sama-sama untung, pemerintah diharapkan mengedukasi investor ritel bahwa ada berbagai macam mitra distribusi yang bisa dipilih untuk membeli SBN ritel. Dengan begitu, volume penjualan SBN ritel tak melulu terkonsentrasi di bank-bank yang selama ini jadi mitra distribusi.

“Penjualan SBN ritel lewat sekuritas, perusahaan fintech, atau agen penjual khusus harus lebih ditingkatkan,” kata Eric.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati