Stabil, Harga Minyak Brent Berada di Atas US$ 90 Per Barel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak stabil pada hari Selasa di tengah memudarnya harapan bahwa negosiasi antara Israel dan Hamas akan menghasilkan gencatan senjata di Gaza.

Selasa (9/4) pukul 18.56 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent naik tipis 6 sen atau 0,07% menjadi US$ 90,44 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2 sen atau 0,02% menjadi US$ 86,41 per barel.

Pada hari Senin, Brent membukukan penurunan pertamanya dalam lima hari. Sedangkan WTI mencatat penurunan pertama dalam tujuh hari karena putaran baru diskusi gencatan senjata Israel-Hamas di Kairo mendorong prospek terobosan.


"Harapan tersebut memudar setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tanggal telah ditetapkan untuk invasi Israel ke daerah kantong Rafah di Gaza," tulis analis IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

Baca Juga: Morgan Stanley Menaikkan Perkiraan Harga Minyak Mentah Brent karena Risiko Geopolitik

Berlanjutnya konflik ini tetap menghidupkan risiko yang dapat diambil oleh negara-negara lain, terutama Iran yang merupakan pendukung utama Hamas dan produsen terbesar ketiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Turki hari ini mengumumkan bahwa mereka akan membatasi ekspor berbagai produk, termasuk bahan bakar jet ke Israel, sampai gencatan senjata tercapai di Gaza. Israel mengatakan akan merespons dengan pembatasannya sendiri.

Menambah kekhawatiran akan ketatnya pasar, perusahaan minyak negara Meksiko, Pemex, mengatakan akan mengurangi ekspor minyak mentah sebesar 330.000 barel per hari sehingga dapat memasok lebih banyak ke kilang dalam negeri. Kebijakan BUMN Meksiko ini bisa mengurangi sepertiga pasokan bagi pembeli perusahaan tersebut di AS, Eropa, dan Asia.

Pemex telah memangkas ekspor bulan April sebesar 436.000 barel per hari.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Selasa (9/4) Siang, Brent ke US$90,52 dan WTI ke US$86,53

Investor juga menunggu data inflasi dari AS dan Tiongkok untuk mendapatkan sinyal lebih lanjut mengenai arah ekonomi dua konsumen minyak terbesar dunia, serta keputusan suku bunga dari Bank Sentral Eropa pada hari Kamis.

“Nasib suku bunga dan apakah ada penurunan pada tahun 2024 sedang dipertaruhkan dan kenaikan harga minyak mempersulit siapa pun yang percaya bahwa inflasi terkendali,” kata analis PVM John Evans.

CEO Vitol Russell Hardy memperkirakan harga minyak akan diperdagangkan dalam kisaran US$ 80-US$ 100 per barel dan pertumbuhan permintaan minyak sebesar 1,9 juta barel per hari pada tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati