Stabilitas harga karet disetir kebijakan Trump



JAKARTA. Wacana Presiden Amerika serikat (AS) Donald John Trump yang akan menerapkan bea masuk 45% untuk seluruh produk China bakal mengancam ekspor karet Indonesia. Pasalnya, China merupakan salah satu pengguna karet terbesar dunia.

Apabila produk-produk China terhalang kebijakan Trump, maka akan berdampak pada harga karet dunia, karena China otomatis akan membatasi pembelian karet yang selama ini menjadi bahan baku.

Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Suharto Honggokusumo mengatakan, salah satu penyebab kenaikan harga karet pada tahun lalu disebabkan kenaikan penjualan mobil di China yang mencapai 6%. Hal itu mendorong peningkatan konsumsi karet untuk kebutuhan ban dan perkakas lainnya. Nah, bila China mengurangi produksi dan konsumsi karet, maka akan berdampak pada harga karet di pasar ekspor.


"Tapi sekarang kita sedang menunggu kebijakan Trump, dengan harapan kebijakan Trump akan membuat ekonomi semakin membaik," ujarnya, Senin (23/1).

Selain itu, kata Suharto, faktor naik turunnya mata uang dollar juga memengaruhi harga karet di dalam negeri. Karena itu, apapun kebijakan Trump, khususnya dengan China akan berpotensi memengaruhi harga karet di Indoensia.

Berdasarkan catatan Gapkindo perkiraan produksi karet tahun 2016 sebesar 3,182 juta ton. Sementara pada tahun 2017 diproyeksikan bisa mencapai 3,277 juta ton atau naik sekitar 2,98%. Kenaikan produksi karet disebabkan tingginya minat masyarakat menyadap karet lantaran harga yang sudah tinggi.

Selain itu, ekspor karet pada 2017 juga diprediksi naik menjadi 2,656 juta ton dari perkiraan volume ekspor tahun 2016 sebesar 2,579 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini