Stablecoin Terbesar di Dunia Kehilangan Pasak, Lanjutkan Pembantaian di Pasar Kripto



KONTAN.CO.ID - Harga Bitcoin sempat menyentuh posisi terendah US$ 25.200 pada Kamis (12/5), karena stablecoin Tether (USDT) kehilangan pasak US$ 1, melanjutkan pembantaian pekan ini di pasar kripto.

Mengutip CoinDesk, harga Bitcoin anjlok di atas 20% selama tujuh hari terakhir, dan belum pernah melihat level serendah, US$ 25.200 sejak Desember 2020.

USDT, stablecoin terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, turun menjadi US$ 0,97, kehilangan keseimbangannya dengan dollar AS. Bahkan, sempat mencapai level US$ 96 di bursa kripto Coinbase.


Stablecoin TerraUSD (UST) juga terus menggelepar, mencapai level terendah US$ 0,28, menurut data CoinDesk.

"De-pegging UST telah menyebabkan efek riak di seluruh pasar," kata Charles Storry, Head of Growth Phuture, kepada CoinDesk. "Yang kita lihat sekarang adalah kepanikan. Orang-orang berlarian ke pintu keluar dan kehilangan kepercayaan".

Baca Juga: Harga Bitcoin Makin Jatuh, Sentuh Posisi Terendah sejak Desember 2020

Baca Juga: Harga Mata Uang Kripto Terra Menukik Tajam, dari Rp 1,7 Juta ke Rp 2.500

Di pasar saham, S&P 500 telah kehilangan lebih dari 4,5% minggu ini. Nasdaq Composite yang sarat saham teknologi turun ke level terendah sejak November 2020, melorot lebih dari 3%.

Martha Reyes, Head of Research BEQUANT, mengatakan, pasar yang sedang mengalami krisis bisa memberikan peluang bagi pemain institusional untuk mulai membangun posisi dan mendorong regulasi stablecoin untuk memberikan kepercayaan yang lebih besar.

"Meskipun kami tidak bisa menyebut yang terendah dan korelasi di antara kelas aset tetap tinggi, Bitcoin telah bertahan dari koreksi 70%-80% di masa lalu," ujarnya kepada CoinDesk. "Ini bisa menjadi peluang bagi institusi untuk membangun posisi di level yang lebih baik".

Dan, "Ketidakpastian seputar stablecoin menjadi perhatian dan bisa menyebabkan flush-out lainnya, tetapi akhirnya dapat memperoleh kerangka peraturan yang sangat dibutuhkan yang bisa menarik institusi. Regulator cenderung reaktif, jadi ini mungkin menjadi katalis untuk lebih regulasi stablecoin".

Editor: S.S. Kurniawan