Staf kurang, Kemenlu kirim tenaga perbantuan untuk KBRI Libya



JAKARTA. Konflik politik di Libya diakui oleh Pemerintah Indonesia jauh lebih kompleks dan sulit ketimbang situasi di Mesir. Ini kian diperparah dengan terbatasnya staf yang ada di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) Libya. Hal ini sebagaimana di sampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Michael Tane dalam jumpa pers, Jumat (25/2). Disebutkan Michael, total home staff termasuk duta besar hanya berjumlah empat orang. Makanya Kemenlu memutuskan untuk mengirimkan tenaga perbantuan ke KBRI Libya. "Akan ada tim yang akan berangkat ke sana, mudah-mudahan hari ini bisa berangkat," katanya.Tidak mengherankan jika KBRI Libya mengalami kesulitan untuk memonitor dan melindungi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Libya. "KBRI Libya kadang bisa dihubungi kadang tidak, sehingga menjadi tantangan tersendiri," jelasnya. Namun, Michael belum dapat memastikan berapa jumlah tenaga perbantuan yang bakal dikirim ke KBRI Libya. Lepas dari itu, pihaknya meminta bantuan jika ada kalangan yang mempunyai informasi yang akurat soal kondisi WNI di Libya untuk disampaikan. Hal ini dapat membantu kerja dari KBRI. Sejauh ini KBRI Libya terus melakukan pantauan dengan menghubungi WNI yang terdaftar. Menurut informasi terakhir, WNI yang ada di Libya masih dalam situasi aman. Secara gambaran umum, ibu kota Libya Tripoli relatif aman dan terkendali. Namun, situasi dapat berubah mencekam setiap saat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie