Stance hawkish BI jadi salah satu faktor ekonomi tahun depan memiliki downside risk



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan stance yang cenderung ketat atau hawkish pada tahun depan. Meskipun pada tahun depan diyakini tekanan akan berkurang.

Oleh karena hal ini pula, pemerintah bersiap pertumbuhan ekonomi memiliki downside risk pada tahun depan. Dalam pembahasan RAPBN 2019 sejauh ini, pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,3% tahun depan, tetapi memiliki peluang downside risk sampai ke hanya tumbuh 5,15%.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengatakan, potensi downside risk ini melihat beberapa hal yang terjadi terkait ekonomi global.


“Dari upaya kita stabilisasi, dari kenaikan Fed Fund Rate. Ini pasti akan diterjemahkan ke suku bunga acuan dalam negeri dan ada dampaknya ke ekonomi. BI bilang kemarin masih akan hawkish. Ini ada implikasinya, maka ada potensi pertumbuhan 5,15% tahun depan itu,” jelasnya di Jakarta, Jumat (14//9).

Untuk itu, kata Suahasil, pemerintah sudah sedari dini menyiapkan support bagi dunia usaha, terutama manufaktur agar bisa tumbuh tanpa terhimpit kebijakan moneter yang ketat. Misalnya, adanya beberapa insentif fiskal yang sudah dirilis tahun ini.

“Tetap kami tawarkan seluruh insentif, kami bangun infrastruktur. Kalau untuk manufaktur, seharusnya juga bisa dapat manfaat dari pelemahan rupiah. BI menaruh range 14.300 - 14.700 tahun depan,” ucapnya.

Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, dari dunia usaha melihat bahwa insentif fiskal yang ada kini sebenarnya sudah cukup baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tahun depan, tetapi tarif PPh Badan masih besar, yakni 30%.

“Kalau bisa turunkan tarif syukur, tapi ini kembali ke pemerintah. Bicara tax allowance saja masih ragu-ragu karena takut tax base lebih kecil. Bukan saya pesimistis untuk masalah fiskal, tapi lakukan saja yang bisa deh. Perkecil disinsentif,” jelasnya kepada Kontan.co.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto