StanChart bakal divestasi 45% saham Bank Permata



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Standard Chartered (StanChart) mengumumkan pihaknya kini tengah melakukan persiapan untuk melepas saham di PT Bank Pertama Tbk (BNLI).

Langkah penjualan saham di Permata ini disebut sebagai salah satu bagian dari rencana untuk membebaskan modal sebagai imbal hasil ke investor melalui skema pembelian kembali saham (buyback).

Pada Selasa (26/2) mengutip Financial Times, StanChart sudah memberi sinyal untuk melakukan divestasi terhadap 45% saham di Permata. Hal ini dipertegas oleh pihak StanChart bahwa mereka tidak akan menjadi pemegang inti (non-core) di Bank Permata.


Sebagai catatan saja, StandChart dan PT Astra Internasional Tbk masing-masing memiliki porsi kepemilikan saham 44,56% di Bank Permata. Sementara sisanya 10,88% merupakan saham publik.

Gaung rencana ini memang sudah dibunyikan oleh StanChart sebagai salah satu strategi jangka menengah selama tiga tahun ke depan. 

Tujuannya tak lain untuk meningkatkan laba StanChart induk atas ekuitas, meningkatkan profitabilitas hingga menembus 10% pada tahun 2021, dari level yang saat ini sekitar 5%.

Bukan hanya divestasi saham Permata, sebagai salah satu kreditur di sejumlah negara, StanChart juga akan melakukan restrukturisasi aset atau kredit bermasalahnya di empat pasar dengan kinerja paling rendah. Antara lain Korea, Indonesia, Uni Emirat Arab dan India.

Kepala Eksekutif StanChart Bill Winters mengatakan rencana ini dipastikan akan membebaskan modal untuk kembali ke investor melalui kemungkinan buyback saham dan dividen yang lebih tinggi, gain yang diperoleh dapat berlipat ganda pada 2021 dari level saat ini sekitar 20 sen.

"Kami sudah memiliki anggaran investasi yang sehat dan masuk dalam rencana kami, sehingga penambahan modal harus tersedia untuk pembelian kembali dalam jangka waktu yang relatif singkat," ujar Bill Winters.

Rencana ini sebelumnya muncul pertama pada bulan November 2018, kala itu dikabarkan kalau StanChart sedang menyusun rencana untuk melakukan buyback saham untuk pertama kalinya dalam satu generasi.

Tak lain, untuk menghidupkan harga saham yang sempat stagnan serta mendorong pertumbuhan pinjaman yang sedang lesu. Memang, saham StanChart sudah merosot sebanyak 37% dari nilainya pada tahun 2015, tepat saat pertama kali Bill Winters menjabat.

Sayangnya, Winters menolak untuk memberikan angka secara detail terkait aksi korporasinya tersebut. Namun, analis memperkirakan dengan langkah jangka menengah ini StanChart bisa memperoleh pengembalian modal sekitar US$ 1,3 miliar.

Chief Financial Officer StanChart Andy Halford mengatakan intinya dalam periode tiga tahun ke depan, pihaknya siap untuk membawa kelebihan modal ke para pemegang saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi