Standar keamanan transaksi HSBC terbukti bobrok



LONDON. Belum usai industri perbankan diguncang skandal London interbank offered rate (LIBOR) Barclays, kini dunia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa tingkat keamanan di bank yang terbilang berkelas dunia tidak ketat.

Sebuah penyelidikan yang dilakukan oleh senat Amerika Serikat (AS) membeberkan fakta, bahwa kontrol transaksi keuangan di HSBC sangat longgar. Sistem keamanan yang tak ketat membuat bank sangat rentan digunakan sebagai tempat mencuci uang kotor (money laundry) di seluruh dunia. Money laundry yang dimaksud adalah sarang penempatan dana nasabah kriminal dan alat untuk mencuci uang teroris.

Menjelang sidang senat hari ini dipaparkan, sejumlah uang dengan nominal besar hasil penjualan narkoba di Meksiko dipastikan lolos melalui HSBC.


Selain Meksiko, dana-dana yang mencurigakan dari beberapa negara seperti Suriah, Kepulauan Cayman, Iran dan Arab Saudi juga bebas melenggang di HSBC.

“Antara 2004 dan 2010, kontrol anti-pencucian uang kami tidak berjalan efektif sehingga HSBC gagal menghindari praktik itu,” aku Chief executive HSBC, Stuart Gulliver.

HSBC siap menghadiri dengar pendapat hari ini. Chief executive HSBC, Stuart Gulliver menyatakan, bank akan mempertanggungjawabkan akuntabilitas dan memperbaiki anggapan yang salah. “Antara 2004 dan 2010, kontrol anti-pencucian uang kami tidak berjalan efektif sehingga HSBC gagal menghindari praktik itu,” aku Gulliver.

Sebuah pernyataan HSBC terpisah mengatakan, eksekutif menawarkan permintaan maaf secara resmi saat sidang pengadilan.

"Kami akan meminta maaf, mengakui kesalahan-kesalahan ini, bertanggung jawab atas tindakan kami dan memberikan komitmen mutlak untuk memperbaiki apa yang salah," kata bank. Bank mengaku sudah bekerja sama dengan otoritas perbankan Amerika untuk memotong aliran uang terlarang ke dalam sistem.

Lebih berat dari skandal Libor

Sorotan kepada perbankan Inggris makin tajam saat standar dan praktik bank tengah diawasi secara ketat. Sejumlah kritik datang dan menganggap kasus ini melebihi skandal Libor yang belum usai. Kasus-kasus itu membuktikan bahwa sistem perbankan di negara maju membutuhkan reformasi mendasar.

Kebobrokan standar keamanan HSBC dilaporkan oleh Senate Permanent Subcommittee on Investigation, sebuah pengawas kongres yang melihat kejanggalan-kejanggalan finansial.

Laporan tersebut sekaligus melontarkan tudingan bahwa regulator perbankan AS yang disebut Office of the Comptroller of the Currency gagal memantau HSBC.

Penyidikan sebenarnya sudah berjalan selama satu tahun dan melibatkan 1,4 juta dokumen, wawancara 75 pejabat HSBC serta regulator perbankan. Hari ini, eksekutif HSBC dijadwalkan untuk memberikan kesaksian. Di antaranya adalah kepala bidang hukum Stuart Levey, yang baru bergabung dengan bank pada Januari silam. Levey merupakan mantan petinggi Departemen Keuangan AS yang membawahi bidang terorisme dan transaksi keuangan.

Menanggapi peristiwa ini, Senator Carl Levin, ketua sub-komite, menilai perbankan AS sudah tercemar atas transaksi pasar gelap ini.

Sebetulnya, selain HSBC sudah ada peristiwa yang sama. Pada 2010, Wachovia setuju membayar US$ 160 juta sebagai denda atas penyelidikan yang dilakukan Departemen Kehakiman. Bank terbukti melegalkan transaksi janggal dari Meksiko.

Bahkan bulan lalu, bank asal Belanda yakni ING harus menerima hukuman dan membayar US$ 619 juta karena terbukti memindahkan dana miliaran dollar dari sistem keuangan AS ke wilayah Kuba dan Iran.

Sejauh ini, belum ada estimasi denda yang akan dibebankan kepada HSBC atas kasus ini. Namun spekulasi yang beredar di pasar keuangan menyebut, nilai sanksi maksimal bisa mencapai US$1 miliar.

Editor: