Standard Chartered bangun dua hub di Asia



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Standard Chartered Plc berencana menciptakan dua hub baru untuk operasinya di Asia. Pilihan lokasi hub baru tersebut di Singapura dan Hong Kong. Sumber Bloomberg membisikkan, hub tersebut dimaksudkan untuk menyederhanakan jaringan pemberi pinjaman di negara berkembang dan mengurangi biaya.

Stanchart telah menyusun rencana mengonsolidasikan jaringannya di 10 negara Asia Tenggara dan Selatan. Wilayah tersebut bisa mencakup Indonesia dan India. Menurut si sumber, jaringan di wilayah ini di bawah hub baru Singapura mulai tahun depan.

Sementara jaringan Stanchart di negara non-China di Asia Utara seperti Korea Selatan akan di bawah kendali hub di Hong Kong. Meski sudah dibahas, sumber Bloomberg mengatakan, rencana itu menurut masih belum final dan bisa berubah.


Konsolidasi ini memungkinkan Stanchart mengelola aset dan modal secara lebih efisien dan berpotensi mengurangi dana penyangga darurat yang mengharuskan perusahaan menyiapkan dananya sesuai ketentuan regulator.

"Grup ini membutuhkan banyak modal dan sangat likuid, dan seperti yang Anda harapkan, kami terus melihat cara mengoptimalkan modal dan struktur likuiditas," tulis Standard Chartered dalam sebuah pernyataan, Selasa (5/6).

Memangkas biaya

Chief Executive Officer Standard Chartered Bill Winters masih berusaha meyakinkan investor bahwa Standard Chartered dapat memulihkan laba dan menghasilkan tingkat profitabilitas yang ditargetkan. Caranya dengan memangkas biaya.

Winters telah menghabiskan sebagian besar masa jabatannya selama tiga tahun untuk membersihkan neraca dan memperbaiki budaya perusahaan setelah hasil ekspansi tidak dikelola dengan baik oleh pendahulunya. Akibatnya, bank ini terbebani kredit macet.

Bank banyak terdampak pada sistem biaya kepatuhan dan biaya manajemen karena beroperasi di sekitar 60 negara. Restrukturisasi bisa membuka jalan untuk penjualan sebagian atau unit baru di masa depan. Namun, ini bukan ekspansi dalam waktu dekat.

Standard Chartered akan mengonsolidasikan likuiditas dan modal jika menyatukan beberapa jaringan di berbagai negara dalam satu hub. Saat ini, dengan neraca bank yang terfragmentasi, menghambat pinjaman dan pertumbuhan bisnis perusahaan ini.

Analis Fitch Ratings Ltd, Sabine Bauer mengatakan, perubahan signifikan pada struktur Stanchart didorong pertimbangan regulasi dan bukan hanya penghematan biaya. Dia juga meragukan langkah ini akan menghemat modal karena Stanchart harus mengalokasikan lebih banyak unit.

"Fokus strategis bank di Asia dapat membenarkan perubahan pada pengaturan saat ini," kata Bauer. Bisnis Stanchart memang tergantung pada pasar Asia. Sebab bank asal Inggris ini menghasilkan dua pertiga dari total pendapatan di kawasan Asia.

Editor: Dupla Kartini