Standard Chartered Dukung Pemerintah Tawarkan Potensi Investasi Hijau ke Inggris



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Standard Chartered Indonesia mendukung serangkaian pertemuan tingkat tinggi yang berlangsung saat kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Inggris pada 20-22 November 2024. Selama kunjungan itu telah berlangsung sejumlah diskusi penting yang di antara lain membahas tentang pasar karbon , peluang investasi, dan climate financing.

Dukungan tersebut merupakan bagian dari komitmen Standard Chartered terhadap pembangunan berkelanjutan. Seperti diketahui,  Standard Chartered secara global berkomitmen untuk memobilisasi US$ 300 miliar dalam bidang keuangan berkelanjutan sampai tahun 2030.

Cluster CEO, Indonesia & ASEAN Markets (Australia, Brunei and the Philippines), Standard Chartered Rino Donny Donosepoetro mengatakan, Standard Chartered telah memobilisasi US$ 87,2 miliar per September 2023.


“Kami merasa terhormat dapat memegang peranan strategis dalam sejumlah diskusi tersebut yang sejalan dengan komitmen kami untuk memfasilitasi pertumbuhan perekonomian yang kuat dan berkelanjutan di Indonesia. Keterlibatan kami dalam rangkaian acara ini merupakan cerminan komitmen Standard Chartered untuk memfasilitasi pertumbuhan berkelanjutan.” kata Donny dalam keterangannya, Jumat (29/11).

Ia mengatakan, insiatif Standard Chartered di Indonesia terkait upaya keberlanjutan adalah peran kami dalam pembentukan dan negosiasi Just Energy Transition Partnership (JETP). 

Ia bilang, pihaknya sangat terlibat dalam Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) untuk mendukung pemerintah Indonesia dan International Partners Group (IPG) dalam rangkaian negosiasi JETP. 

Baca Juga: Bank Mandiri Luncurkan Livin' Auto, Permudah Pengajuan Kredit Kendaraan Bermotor

Standard Chartered juga ikut mendanai pembangkit listrik tenaga surya terapung terbesar di ASEAN dengan kapasitas 145 MW di Cirata, dan akan berupaya untuk menyelesaikan sejumlah proyek co-financing serupa lainnya pada tahun ini. 

“Setiap upaya dan  inisiatif kami merupakan langkah maju dalam upaya bersama kita semua untuk mendukung transisi Indonesia menuju masa depan energi yang lebih berkelanjutan,” tambah Donny.

Kunjungan Presiden Prabowo tersebut sekaligus menyoroti bagaimana lanskap investasi di Indonesia yang penuh dengan peluang, namun memerlukan tindakan segera untuk memanfaatkan peluang-peluang tersebut. 

Ajang ini mempertemukan para CEO dari 19 perusahaan Inggris terkemuka untuk mendengar langsung dari Presiden Prabowo mengenai prioritas beliau untuk mendorong investasi dan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8%.

Pertemuan ini juga sekaligus menjajaki bidang-bidang di mana kerja sama antar industri bisa berlangsung secara lebih lanjut, peluang investasi dan bagaimana mencapai pertumbuhan berkelanjutan. Turut hadir dalam pertemuan tersebut sejumlah Menteri Indonesia antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani, serta Menteri Luar Negeri Sugiono.

Ajang ini menarik minat komunitas bisnis di Inggris terhadap berbagai sektor prioritas di Indonesia termasuk transisi energi, infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Selain itu, ajang ini juga menjadi peluang penting bagi pemerintah Indonesia untuk menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan komitmen yang dibuat dalam pertemuan tersebut, acara ini terbilang sukses dalam memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan Inggris.

Baca Juga: Langkah Standard Chartered Mendukung Percepatan Transisi Energi

Rino juga menggarisbawahi perkembangan sektor-sektor prioritas di Indonesia – antara energi terbarukan, kendaraan listrik (EV), dan industri hilir, yang menunjukkan komitmen Indonesia terhadap transformasi ekonomi sekaligus upayanya mencapai target net-zero pada tahun 2060. 

Donny juga menyoroti bahwa ambisi ini memang merupakan hal yang mendesak, karena kebutuhan energi negara di Indonesia diproyeksikan akan tumbuh sebesar 42% pada tahun 2030, sehingga diperlukan percepatan peralihan menuju solusi berkelanjutan. Indonesia membutuhkan investasi sebesar $235 miliar pada tahun 2030 untuk dapat bertransisi ke bauran energi yang lebih bersih. 

Sementara itu, industri hilir di Indonesia harus mampu menarik investasi sebesar US$6 00 miliar untuk mengolah 26 komoditas utama seperti nikel, tembaga, dan timah. “Sektor-sektor ini memegang peranan penting untuk masa depan perekonomian Indonesia, namun kerap menemui sejumlah kendala, terutama dalam mendapatkan pendanaan, mendorong penyelarasan kebijakan, dan memastikan pembangunan berkelanjutan.” pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk