KONTAN.CO.ID - HONG KONG - Standard Chartered (
STAN.L) telah menangguhkan investasi baru oleh kliennya di China untuk ditempatkan pada keranjang investasi produk-produk offshore melalui saluran berbasis kuota. Demikian disampaikan bank tersebut, di tengah lonjakan permintaan untuk investasi luar negeri akibat pelemahan pasar lokal dan mata uang. Bank yang berkantor pusat di London itu, dalam sebuah pernyataan kepada Reuters menyebut penghentian ini karena "alasan komersial".
Hal ini sebagai penjelasan untuk penangguhan investasi baru di bawah program qualified domestic institutional investor (QDII). Namun, bank ini tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Langkah Standard Chartered ini datang di tengah upaya pemerintah China untuk menahan aliran modal keluar karena pelemahan yuan dan perlambatan ekonomi telah mendorong para penyimpan untuk memindahkan aset mereka ke luar negeri.
Baca Juga: Terdampak Real Estate China, Laba Standard Chartered Merosot Jadi US$ 633 Juta Program QDII, yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2006, tetap menjadi saluran investasi keluar terbesar bagi investor China. Skema ini dibatasi oleh kuota yang ditetapkan oleh Administrasi Negara untuk Pertukaran Valuta Asing (SAFE). Program ini membantu klien kekayaan dan korporat China untuk berinvestasi dalam dana offshore, obligasi, dan produk struktural lainnya. Dalam catatan klien yang dikeluarkan oleh Standard Chartered pekan lalu, yang ditinjau oleh Reuters, bank tersebut mengatakan bahwa tidak akan menerima langganan baru ke dana yang berdomisili di luar negeri yang dijual melalui program QDII mulai Kamis lalu. "Standard Chartered China telah menangguhkan langganan produk yang relevan karena alasan komersial," kata bank tersebut sebagai tanggapan atas pertanyaan Reuters.
Minat investor domestik terhadap aset luar negeri telah tumbuh secara signifikan sejak akhir 2022, karena kinerja pasar saham China tertinggal dari pasar offshor utama seperti Amerika Serikat. Sebagai catatan Indeks CSI300 China yang merupakan indeks blue-chip mencapai level terendah dalam lima tahun bulan ini, dan turun 18% dalam kurun waktu sekitar satu tahun.
Kondisi ini terpukul oleh krisis utang yang belum pernah terjadi sebelumnya di sektor properti dan kurangnya stimulus pemerintah dalam skala besar.
Baca Juga: Goldman Sachs dan Mubadala Investasi US$ 1 Miliar di Asia-Pasifik "Berdasarkan data, kemungkinan besar itu adalah keputusan komersial berdasarkan batasan kuota daripada keputusan sembarangan bahwa panduan dari Beijing mendorong isu ini," kata Peter Alexander, pendiri dan direktur manajer konsultan China Z-Ben Advisors. "Tidak ada kuota baru yang diberikan kepada Standard Chartered sejak 2021," katanya. "Jelas ada lonjakan permintaan selama beberapa bulan terakhir dan dengan kapasitas kuota QDII itu akan tercapai."
Editor: Syamsul Azhar