JAKARTA. Perusahaan pemeringkat Standard & Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dari semula CCC- menjadi B– dengan outlook stabil. Selain itu, S&P juga menaikkan peringkat senior notes BTEL yang jatuh tempo pada tahun 2015 dari CCC- menjadi B– dengan outlook stabil. Pelunasan obligasi senilai Rp 650 miliar pada Selasa (4/9) kemarin, sepertinya berdampak positif bagi BTEL. Dalam penjelasannya, S&P menilai bahwa dengan pelunasan obligasi tahun 2007 tersebut, maka selama 12 bulan ke depan kondisi finansial BTEL cukup kuat. “Dalam 9 hingga 12 bulan ke depan, BTEL tidak memiliki utang jatuh tempo yang signifikan. Kami percaya bahwa perusahaan memiliki arus kas yang memadai untuk menutupi pembayaran bunga,” jelas Paul Draffin, Primary Credit Analyst Standard & Poors, Rabu (5/9). Kebijakan S&P menaikkan peringkat utang BTEL tersebut mendapat sambutan positif dari manajemen BTEL. “Kami sangat senang karena langkah-langkah strategis dan komitmen yang dilakukan BTEL langsung mendapat respon dan apresiasi dari pelaku pasar,” jelas Anidya N. Bakrie, Presiden Direktur BTEL.Selain melunasi obligasi, BTEL juga melakukan pemulihan kinerja perseroan melalui program "back on track" melalui revitalisasi organisasi, efisiensi operasi, penguatan distribusi di wilayah Jakarta, Banten dan Jawa Barat (JBJB), perluasan jaringan, dan pengembangan layanan data baik secara organik maupun unorganik melalui akuisisi Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI). Untuk itu, perseroan melakukan peningkatan modal melalui transaksi non-preemptive right issue (NPR) senilai hampir Rp 900 miliar serta pinjaman dari konsorsium yang difasilitasi Credit Suisse senilai US$ 50 juta.Dari total transaksi NPR, Rp 557 miliar merupakan dana tunai yang berasal dari Bakrie Global Ventura, dan sisanya ditukar dengan saham STI. Dengan transaksi NPR di harga saham Rp 265 atau hampir dua kali lipat dari harga saham BTEL di pasar, Grup Bakrie berkomitmen penuh terhadap pengembangan perseroan ke depan dan menjadi pemegang 6,8% saham BTEL. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Standard & Poor’s naikkan peringkat utang BTEL
JAKARTA. Perusahaan pemeringkat Standard & Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dari semula CCC- menjadi B– dengan outlook stabil. Selain itu, S&P juga menaikkan peringkat senior notes BTEL yang jatuh tempo pada tahun 2015 dari CCC- menjadi B– dengan outlook stabil. Pelunasan obligasi senilai Rp 650 miliar pada Selasa (4/9) kemarin, sepertinya berdampak positif bagi BTEL. Dalam penjelasannya, S&P menilai bahwa dengan pelunasan obligasi tahun 2007 tersebut, maka selama 12 bulan ke depan kondisi finansial BTEL cukup kuat. “Dalam 9 hingga 12 bulan ke depan, BTEL tidak memiliki utang jatuh tempo yang signifikan. Kami percaya bahwa perusahaan memiliki arus kas yang memadai untuk menutupi pembayaran bunga,” jelas Paul Draffin, Primary Credit Analyst Standard & Poors, Rabu (5/9). Kebijakan S&P menaikkan peringkat utang BTEL tersebut mendapat sambutan positif dari manajemen BTEL. “Kami sangat senang karena langkah-langkah strategis dan komitmen yang dilakukan BTEL langsung mendapat respon dan apresiasi dari pelaku pasar,” jelas Anidya N. Bakrie, Presiden Direktur BTEL.Selain melunasi obligasi, BTEL juga melakukan pemulihan kinerja perseroan melalui program "back on track" melalui revitalisasi organisasi, efisiensi operasi, penguatan distribusi di wilayah Jakarta, Banten dan Jawa Barat (JBJB), perluasan jaringan, dan pengembangan layanan data baik secara organik maupun unorganik melalui akuisisi Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI). Untuk itu, perseroan melakukan peningkatan modal melalui transaksi non-preemptive right issue (NPR) senilai hampir Rp 900 miliar serta pinjaman dari konsorsium yang difasilitasi Credit Suisse senilai US$ 50 juta.Dari total transaksi NPR, Rp 557 miliar merupakan dana tunai yang berasal dari Bakrie Global Ventura, dan sisanya ditukar dengan saham STI. Dengan transaksi NPR di harga saham Rp 265 atau hampir dua kali lipat dari harga saham BTEL di pasar, Grup Bakrie berkomitmen penuh terhadap pengembangan perseroan ke depan dan menjadi pemegang 6,8% saham BTEL. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News