KONTAN.CO.ID - BEIJING.
Start up asal China, Ofo terancam bangkrut. Akibatnya, perusahaan penyedia layanan dan aplikasi berbagi sepeda ini menghadapi tuntutan dari investornya agar mengembalikan dana mereka. Nasib Ofo menjadi sebuah peringatan dan kerugian bagi investor teknologi di China, yang telah menanamkan puluhan miliar dollar ke dalam bisnis yang menyediakan jasa berbagi sepeda dan pengiriman makanan ini. Belum lama ini, Ofo masuk ke pasar luar negeri dan sukses mengumpulkan miliaran dollar dari investor seperti Alibaba Group Holding Ltd dan Didi Chuxing. “Tampaknya sekarang bisnis berbagi sepeda adalah bisnis yang paling bodoh, tapi menjadi otak terpintar dari China yang mencoba bisnis start up. Dan sekarang kondisinya benar-benar konyol,” kata pendiri perusahaan berbagi sepeda 3Vbike yang juga bangkrut Wu Shenghua, seperti dikutip Reuters, Senin (24/12).
Ofo adalah sebuah fenomena. Sepeda tanpa menggunakan sistem
dockless, yang dapat dipakai dengan memindai kode QR dan setelah itu sepeda bisa ditinggalkan di mana saja. Layanan sepeda ini tumbuh dari kampus-kampus di Beijing dan telah menjadi ikon kaum muda urban di China. Dari startup Ovo, perusahaan mempunyai nilai valuasi sebesar US$ 2 miliar. Ofo dengan pesaingnya utama Mobike dapat ditemukan di hampir setiap sudut jalan kota, seringkali dalam jumlah yang banyak. Iklan-iklan Ofo menampilkan bintang-bintang pop besar China dan memperlihatkan anak-anak trendi mengayuh sepeda di daerah-daerah paling keren di kota. Lusinan pesaing yang lebih kecil juga muncul di China dalam dua tahun terakhir, hanya demi menyaingi Ofo. Seperti Hellobike yang didukung Alibaba, dan Mobike yang didukung oleh media sosial dan perusahaan raksasa permainan China Tencent Holdings. Persaingan perusahaan startup sepeda ini adalah sebuah perjuangan untuk mengubah populasi menjadi keuntungan. Namun, kelangsungan hidup Ofo sangat berisiko karena terbebani utang kepada pemasok sepeda yang telah jatuh tempo dan permintaan akan deposit juga meningkat. “Ini adalah bisnis yang sangat rumit, semua keuntungan dimakan oleh persaingan. Itu adalah sesuatu yang benar-benar yang perlu menjadi bagian dari bisnis yang lebih besar,” kata pendiri startup teknologi mataap.cn dan mantan karyawan Mobike di China Maxwell Zhou. Pada puncaknya, Ofo memiliki armada sepeda di lebih dari 20 negara, dari Prancis ke Australia dan Amerika Serikat. Namun, orang dalam perusahaan mengatakan mereka mencoba tumbuh terlalu cepat, dan menghadapi banyak rintangan, mulai dari peraturan lalu lintas hingga
vandalism, serta beban biaya yang terus meningkat. “Dalam retrospeksi tentu saja ada masalah dengan manajemen, dan kami berkembang terlalu cepat,” kata mantan eksekutif Ofo yang bekerja pada ekspansi internasional yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. Perusahaan telah menarik diri dari pasar seperti Israel, Jerman dan Amerika Serikat, dan telah dipaksa untuk menjual aset, termasuk beberapa sepeda hanya dengan nilai US$ 2, ujar sumber tersebut.
Sayangnya, baik pihak Ofo dan Alibaba tidak mau menanggapi permintaan komentar dari
Reuters. Mantan Direktur Eksekutif berusaha menjajaki kerjasama dengan Jepang, di mana perusahaan berusaha memperluas kemitaan dengan SoftBank Group Corp. Rencana itu gagal setelah SoftBank gagal mengambil alihnya dari Didi Chuxing. “Dengan jumlah sepeda yang menumpuk di gudang, dan terbebani biaya. Maka kami kehilangan banyak uang,” kata eksekutif tersebut. Pihak Didi Chuxing menolak berkomentar tetapi menunjuk pernyataan sebelumnya yang mengatakan tidak pernah berniat untuk membeli Ofo dan berjanji untuk terus mendukung pengembangan independen di masa depan.
Editor: Herlina Kartika Dewi