KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permodalan adalah tantangan utama perusahaan rintisan alias
start up di Indonesia. Salah satu cara untuk mencari dukungan pendanaan adalah menggandeng investor strategis melalui suntikan modal ventura. Namun, ada cara lain yang lebih menantang, yakni melalui pasar modal. PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) sudah memulainya. Pada Kamis (5/10) dua pekan lalu, KIOS mencatatkan saham perdana (IPO) di pasar modal domestik. KIOS menorehkan sejarah. Untuk pertama kalinya,
startup di Indonesia menggunakan IPO sebagai jalur menghimpun modal. Kini, sejumlah perusahaan rintisan berniat masuk Bursa Efek Indonesia (BEI).
Beberapa perusahaan
start up sudah berbicara ke Bursa. "Sepertinya ada
refference dari KIOS kepada
start up untuk belajar menggunakan pasar modal untuk pengembangan perusahaan," ungkap Direktur BEI, Samsul Hidayat, Rabu (11/10). Sejatinya, perusahaan rintisan cukup menarik bagi investor karena menggambarkan ekspektasi pengembangan perusahaan. Lihat pergerakan saham KIOS. Saat IPO, harga saham ini Rp 560 per saham. Sepekan kemudian (16/10), harganya melonjak 279% menjadi Rp 2.120 per saham. KIOS adalah
startup e-commerce business to business (B2B) yang menyediakan berbagai layanan transfer uang. Layanan KIOS mencakup pembayaran tagihan air, token listrik, isi ulang pulsa dan pembayaran transaksi
e-commerce. Otoritas BEI juga mendukung perusahaan rintisan masuk bursa dengan meluncurkan program IDX Incubator. Di sini berkumpul
start up di bawah bimbingan BEI.Bahkan, ada satu perusahaan jebolan IDX Incubator yang siap IPO. "Akan IPO tahun 2018 nanti," ungkap Samsul. Pasar modal memang langka di mata para pengelola
start up. Perusahaan rintisan lebih akrab dengan modal ventura untuk memperoleh pendanaan. Perusahaan
start up seperti Gojek, Tokopedia dan Traveloka memperoleh suntikan dana besar dari para investor. Padahal di negara lain banyak
start up masuk bursa saham. Misalnya Facebook dan Amazon.
Analis Binaartha Parama Sekuritas, Reza Priyambada menilai, apa yang perlu dilihat dari IPO adalah kinerja calon emiten
start up. IPO menjadi tantangan bagi
start up untuk menunjukkan kinerjanya. Kuncinya, adalah bagaimana para pengurusnya amanah mengelola perusahaan itu. Agar mampu bersaing di masa mendatang, inovasi menjadi hal sangat mutlak dan penting bagi
start up. "Harus ada peremajaan ide karena perusahaan
start up biasanya berbasiskan inovasi dan aplikasi" kata Reza. Ia juga menilai kejelasan segmentasi pasar dan pertumbuhan kinerja bakal menjadi nilai tambah bagi
start up. Alhasil, perusahaan rintisan dapat memberikan nilai tambah dan hasil nyata bagi pemegang saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini