KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan bisnis start up pertanian semakin subur. Saat ini, bisnis start up up pertanian tersebut menunjukkan tren positif. Lihat saja e-commerce pertanian, Tanihub. Menurut Eka Pamitra, Co Founder dan President Tani Group, start up tersebut sudah menjaring sebanyak 25.000 petani. Para petani tersebut memanfaatkan Tanihub ke para pembeli produk pertanian, perikanan dan peternakan yang berasal dari korporasi. Bisa hotel, rumahsakit atau ritel modern. Dengan jumlah mitra petani tersebut, Tanihub menargetkan transaksi penjualan pada tahun ini bisa tiga kali lipat dari tahun lalu. Target itu tidak terlepas dari keberadaan empat kantor dan gudang Tanihub di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.
Selain berkiprah di bidang e-commerce, Tanihub juga melayani pendanaan bisnis pertanian lewat TaniFund. "Saat ini sudah 120 hektare lahan yang dibiayai oleh Tanihub," kata Eka kepada KONTAN, Senin (12/11). Ekspansi tersebut tidak terlepas dari suntikan dana pra seri A dari Alpha JWC Ventures yang Tanihub dapatkan. Sedangkan pendanaan di seri A sedang dalam proses persetujuan yang direncanakan berlangsung Desember nanti. Start up sejenis, Eragano juga mencatatkan hasil serupa. Ini terlihat dari jumlah mitra petani yang bergabung di start up tersebut. Per Oktober 2018, mitra petani yang bergabung ada 5.000 petani. Jumlah itu melonjak tiga kali lipat dari tahun lalu. Molina Ulfah, Public Relation Eragano mengatakan hasil tersebut berkat dari jangkauan layanan di sejumlah daerah. Seperti di sebagian besar wilayah Jawa, Nusa Tenggara Timur dan beberapa daerah lainnya. Untuk tahun depan, Eragano menargetkan bisa menambah jumlah mitra petani minimal 30% dari jumlah saat ini. Sayangnya, Molina tidak merinci target transaksi dan pendapatan di tahun ini maupun tahun depan. Hasil serupa juga dialami Kecipir, usaha rintisan penjual sayuran organik. Marketplace produk pertanian ini sudah menjaring sebanyak 6.000 konsumen saat ini dan saban bulan selalu mengalami pertambahan jumlah konsumen meski masih satu digit. Meski jumlah konsumen masih imut, Kecipir pastikan bahwa mereka adalah konsumen pelanggan. "Jadi bukan insidental seperti e-commerce," tukas Tantyo Bangun, CEO Kecipir ke KONTAN. Lantaran jumlah konsumen belum terlalu banyak, ia sendiri menargetkan pertumbuhan transaksi penjualan minimal 30% sampai 60% di akhir tahun ini. Adapun saat ini jumlah pesanan bisa mencapai 40.000 orderan per bulan. Barulah di tahun 2019 nanti, ia targetkan pertumbuhan bisnis bisa dua kali lipat. Caranya dengan menjaring lebih banyak konsumen hingga 12.000 pelanggan dengan ekspansi di dua kota baru. Bisa Bandung, Surabaya atau Bali. Adapun produk pertanian yang Kecipir dapatkan berasal dari para petani di daerah Bogor, Sukabumi dan Cianjur.
Sejauh ini, Kecipir belum pernah mendapatkan suntikan dana. Namun Tantyo ada rencana untuk mencari pendanaan di akhir tahun ini. Start up pertanian lainnya Tanijoy juga menargetkan jumlah mitra petani yang bergabung bisa mencapai 2.000 mitra akhir tahun ini. Adapun saat ini mitra petani yang sudah bergabung sudah 1.920 petani. Karena skema bisnis Tanijoy mempertemukan petani kecil dengan pemilik lahan selaku investor, maka jumlah pembiayaan yang sudah Tanjiyo lakoni, menurut Muhamad Nanda Putra, CEO Tanijoy sudah Rp 3 miliar. "Nah, tahun depan kami agresif menyalurkan dana lebih dari Rp 200 miliar," katanya. Maklum, Tanijoy sudah mendapat dana US$ 100.000 dari angle investor dan tengah tahap penjajakan dengan modal ventura yang lain. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon