Startup Banyak Lakukan PHK, Apakah Sulit Dapat Pendanaan dari Modal Ventura?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa perusahaan startup melakukan pemutusan hubungan kerja pekan ini. Pendanaan dari investor seperti modal ventura menjadi salah satu yang disebut menjadi penyebabnya sehingga membuat perusahaan rintisan ini sulit ekspansi.

Memang, beberapa perusahaan startup yang melakukan PHK ini tak menyebutkan bahwa susah dapat pendanaan menjadi alasan melakukan PHK, melainkan penyesuaian bisnis. Itu berarti bisa dibilang sebagai langkah efisiensi perusahaan dalam menggunakan dana yang dimiliki.

Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Rudiantara menyebut saat ini banyak modal ventura yang mulai beralih fokus dimana mulai melihat kinerja keuangan dari perusahaan dibanding melihat traction dari digital startup ini.


Adapun, yang dimaksud dengan traction ini ialah melihat seperti jumlah pengguna atau pengunduh dan loyalitas pengguna terhadap startup tersebut.  Dimana, hal tersebut terkadang untuk mencapai traction yang bagus dengan melakukan yang sering dikenal dengan bakar uang.

Baca Juga: Bersama GSR Ventures, East Ventures Pimpin Pendanaan Novelship US$ 10 Juta

“Dulu mereka bakar duit untuk dapat pengguna dan sejak Covid-19 investor mulai melihat ini bakal untung atau tidak,” ujar Rudiantara kepada KONTAN, akhir pekan ini.

Oleh karenanya, Rudiantara melihat modal ventura saat ini bukan berarti tidak memiliki dana untuk mendanai para digital startup ini. Melainkan, mereka lebih selekif lagi dalam menempatkan uangnya pada perusahaan rintisan ini.

Sementara itu, ia juga menyebut fenomena digital startup yang mulai turun dengan PHK besar-besaran ini bukanlah hal yang baru. Justru, ia melihat kondisi sekarang tingkat keberhasilan digital startup setelah lima tahun justru membaik.

“Setelah lima tahun hanya 10% digital startup yang masih bisa terus, ini lebih bagus dari enam tahun lalu yang tingkat keberhasilannya hanya 5%,” imbuh Rudiantara.

Jika ditelusuri lebih lanjut, pendanaan modal ventura kepada digital startup ini memang belum ada habisnya. Misalnya, East Venture yang baru-baru ini memimpin pendanaan untuk Novelship senilai US$ 10 juta dan tergabung dalam pendanaan bersama untuk Pebble senilai US$ 6,2 juta.

Partner East Ventures Melisa Irene bilang pada pendanaan tahap awal, pihaknya fokus padai people dan potential market. Mereka mencari startup yang dipimpin oleh founders yang punya karakteristik yang berintegritas, memiliki self-awareness, dan paradoxical trait.

“Tim yang baik akan membangun produk yang bagus dan menjangkau pasar yang besar, agar perusahaan tersebut bisa berkembang dengan sangat cepat,” ujar Melisa.

Adapun, East Venture hingga kuartal 3-2021 menjadi yang paling aktif dengan jumlah transaksi sebanyak 25, berdasarkan data dailysocial.id. Maklum, Melisa bilang bahwa pihaknya tak menentukan budget untuk mendanai melainkan berinvestasi pada startup yang sesuai dengan hipotesis East Venture.

Segendang sepenarian, Chief Investment Officer Mandiri Capital Indonesia (MCI) Dennis Pratistha bilang bahwa selama ini pihaknya juga selama ini berusaha selektif dalam memilih startup untuk melakukan investasi jangka panjang.

“Kami sebisa mungkin menghindari perusahaan yang tidak jelas. Juga untuk perusahaan yang sudah kita investasikan memiliki strategi yang sudah tidak jelas, kami juga mulai memikirkan untuk exit,” ujar Dennis.

Baca Juga: East Ventures Bergabung dalam Putaran Pendanaan untuk Pebble Senilai US$ 6,2 Juta

Di sisi lain, Dennis pun masih optimis bahwa digital startup ini memiliki masa depan yang cerah. Sejalan dengan aktivitas masyarakat saat ini yang juga bisa dibilang bergantung pada digital startup ini.

“Sekarang kan kalau kita mau bayar sesuatu juga sudah banyak melakukan e-wallet,” pungkasnya.

Sebagai informasi, dalam melakukan pendanaan, MCI stabil melakukan investasi pada tiga hingga empat perusahaan dalam setahun. Tahun ini, mereka memiliki budget hingga Rp 100 miliar untuk investasi baru tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi