Startup Dituntut Lebih Adaptif Dalam Usaha



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun lalu merupakan masa suram bagi bisnis startup domestik. Sejumlah startup terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) imbas dari ketidakpastian ekonomi. Mulai dari Tokopedia, Shopee, Ruangguru atau Sayurbox.

Malah beberapa startup terpaksa gulung tikar. Sebut saja Airy Rooms, Fabelio, dan Sorabel.

Fenomena tersebut menurut Menteri Bahlil Lahadalia karena ketidakpastian ekonomi global di tahun kemarin. Kondisi tersebut membuat laju bisnis startup dan perusahaan berbasis teknologi digital lainnya mengalami kendala untuk melangkah maju.


“Bisnis itu memang ada naik turun, tinggal bagaimana mereka memitigasinya,” ucap Bahlil belum lama ini.

Baca Juga: Banyak Startup Lokal Bangkrut, Begini Kata Menteri Investasi

Masalahnya, persoalan yang dihadapi startup tersebut diramal Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi bisa berlanjut tahun ini. Lantaran mulai terjadi penurunan daya beli. Apalagi secara diam-diam  startup sudah mengerek tarif layanan. Seperti biaya penggunaan aplkasi, biaya transaksi, atau baya pengantaran.

“Jadi prospek startup tahun ini agak berat, bahkan bagi yang sudah berstatus unicron sekalipun,” kata Heru kepada KONTAN, Jumat (27/1).

Maka dari itu, salah satu modal ventura domestik AC Ventures bakal menelaah setiap langkah startup yang sudah mereka injeksi modalnya yang ada lebih dari 100 startup.

Pandu Sjahrir, Founding Partner, AC Ventures langsung menghimbau startup yang ada dibawah naungannya untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan operasional perusahaan.

Ia juga minta petinggi startup sudah menyiapkan landasan dan fondasi usaha minimal 18 bulan sampai 24 bulan. Kemudian startup yang bersangkutan harus fokus pada lini bisnis utamanya.

“Supaya unit bisnis bisa berkembang secara sustainable,” jelasnya kepada KONTAN, Jumat (27/1).

Namun, Pandu pastikan, pihaknya tidak menutup mata untuk melihat setiap peluang bisnis startup. Terutama di bidang-bidang usaha yang AC Ventures lihat masih menjanjikan.

Seperti e-commerce, fintech, pemberdayaan UMKM dan consumer tech. Bidang lain yang tengah AC Ventures jajaki adalah di bidang business to business serta environmental, social and government (ESG).

Saat menjajaki peluang bisnis tersebut, Pandu pastikan pihaknya bakal melakukan penelitian secara mendalam terhadap calon mitra kerjanya tersebut. Termasuk juga mengadakan pertemuan dengan pendiri startup yang jadi calon mitra AC Ventures untuk bisa menyamakan persepsi.

Tak  heran bidang energi baru terbarukan saat ini jadi salah satu bidang startup yang mendapat perhatian modal ventura.

Buktinya, Suryanesia, startup penyedia layanan Pembankit Listrik Tenaga Surya (PLTS) mendapat suntikan modal sebesar Rp 31 miliar belum lama ini yang bakal dipakai untuk ekspansi bisnis PLTS di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon