Startup properti Asia Pasifik catat penurunan pendanaan sepanjang 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA, Setelah meraih pendanaan lebih dari US$ 1 miliar pada tahun 2018, perusahaan-perusahaan startup di bidang teknologi properti (PropTech) di Asia Pasifik mengalami penurunan volume pendanaan sebesar 38,4% pada tahun 2019.

Tahun lalu, startup di bidang teknologi properti (PropTech) di wilayah tersebut meraih pendanaan sebesar $625,9 juta, menurut penelitian yang dilakukan JLL dan perusahaan media teknologi Tech in Asia. Jumlah kesepakatan pendanaan juga berkurang, di tahun 2018 terdapat 50 kesepakatan sedangkan di 2019 hanya 38. 

Baca Juga: Recurring income kuat, emiten ini dipandang stabil meski hadapi tantangan ekonomi


“Kami ingin memahami kondisi pendanaan PropTech di Asia Pasifik saat ini, dibandingkan dengan dua tahun yang lalu ketika kami pertama kali menugaskan Tech In Asia untuk membuat Clicks and Mortar: The Growing Influence of Proptech. Data baru yang mereka dapatkan menunjukkan bahwa ada penurunan yang signifikan dalam pendanaan PropTech di wilayah ini," kata Jordan Kostelac, Director of Proptech, JLL Asia Pasifik melalui keterangan pers yang diterima kontan.co.id, Kamis (5/3).   Menurutnya, angka-angka tersebut hanya menunjukkan minat Venture Capital (VC) dan kurang mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi di industri. Pihaknya melihat bahwa minat terhadap PropTech di Asia Pasifik terus bertumbuh, dan para pemain lama menggunakan pendekatan strategis dan terintegrasi dengan perusahaan start-up, ketimbang menggunakan jalur investasi VC.   Baca Juga: Lewat omnibus law, pengembangan hunian berimbang lebih dinamis

Industri real estate relatif terlambat dalam menghadapi revolusi teknologi, hal ini memberikan kesempatan bagi perusahaan besar dan perusahaan real estate untuk berinovasi dan berinvestasi secara internal dalam teknologi. Dan di Asia Pasifik, di mana adopsi teknologi perusahaan sangat cepat karena sifat pasar yang dinamis, banyak perusahaan memasuki kemitraan sambil meningkatkan uji coba dan penerapan teknologi baru dalam portofolio mereka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli