KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Di tengah penurunan jumlah Startup baru yang bermunculan, target untuk menciptakan lebih banyak unicorn di Indonesia pada tahun 2024 tetap menjadi perhatian. Kendati begitu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa fokus utama sebenarnya bukan hanya mencetak unicorn, melainkan mendorong pengembangan startup secara keseluruhan. "Yang paling penting itu startup kita dorong supaya meningkat. Kalau unicorn itu salah satu target, bukan target utama," ujar Airlangga kepada awak media di Jakarta, Jumat (20/12).
Airlangga menyebut, meskipun munculnya startup baru mulai melambat, pengembangan inovasi tetap berjalan, terutama melalui peran korporasi. "Kalau kita lihat kan banyak mengembangkan di dalam korporasi-korporasi. Jadi kita lihat saja, ini kan natural saja," katanya.
Baca Juga: Petisi Tolak PPN 12% Ditandatangani Lebih dari 150.000 Warganet Mengutip data Kemenko Perekonomian, jumlah startup di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 2.651, dengan jumlah 15 startup berstatus unicorn, di antaranya Bukalapak, Ovo, Kopi Kenangan, Akulaku hingga Ajaib. Adapun pemerintah menargetkan ada 61 startup unicorn alias perusahaan rintisan yang memiliki valuasi mencapai US$ 1 miliar atau lebih di Indonesia pada 2045. Sementara itu, dalam laporan Outlook Ekonomi Digital 2025 yang dirilis Celios, data perkembangan investasi startup digital di Indonesia dari tahun 2014 hingga 2023 menunjukkan dominasi perusahaan modal ventura dalam pendanaan sektor ini. Investasi modal ventura mencapai puncaknya pada tahun 2021 dengan nilai mencapai Rp140,5 triliun. Namun, pada 2022 dan 2023, tren ini mengalami penurunan drastis dengan penurunan investasi mencapai 66 persen pada tahun 2023, yang dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global dan selektivitas investor yang lebih tinggi terhadap startup yang mereka pilih untuk didanai. Meskipun demikian, perusahaan modal ventura tetap menjadi penyumbang terbesar dalam investasi startup, mengindikasikan potensi besar sektor startup Indonesia di mata investor. Penurunan investasi di sektor ekonomi digital Indonesia, khususnya pada startup, terutama disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan, Federal Reserve (The Fed), Amerika Serikat (AS). Keadaan ini disebabkan karena apabila the Fed rate tinggi, maka investor akan cenderung berinvestasi ke surat utang AS yang lebih matang dan profitabilitas yang jelas dibandingkan investasi ke start up digital yang berisiko. Keadaan ini membuat para investor, yang sebagian besar berasal dari luar negeri, menjadi lebih selektif dalam menyalurkan dana ke sektor startup di Indonesia. Mengingat sekitar 80% investasi di sektor digital berasal dari investor asing, kebijakan suku bunga AS memberikan dampak signifikan.
Baca Juga: Bakal Naik Karena PPN 12%, Cek Harga Mobil BYD Atto, Dolphin & M6 Desember 2024 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati