Statoil dan PHE gagal temukan migas di blok Karama



JAKARTA. Pengeboran pada dua sumur eksplorasi yang dilakukan Statoil dan Pertamina Hulu Energi (PHE) di blok Karama, Sulawesi Barat gagal menemukan minyak dan gas (migas). Akibatnya, ke dua perusahaan merugi hingga ratusan juta dolar.

"Blok Karama masih dieksplorasi dan masih akan dibor satu kali (satu sumur) lagi. Hasil pengeboran sebelumnya belum berhasil menemukan hidrokarbon secara signifikan," kata Widhyawan Prawiraatmadja, Deputi Perencanaan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) kepada KONTAN, belum lama ini.

Widhyawan mengatakan, pengeboran dilakukan di laut dalam (off shore) sehingga menelan biaya yang cukup besar. "(Jumlah) persisnya saya tidak ingat, (tetapi) sekali pengeboran mencapai puluhan juta dolar," terangnya.


Sementara itu, Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, Gde Pradnyana mengatakan, biaya pengeboran blok minyak itu mencapai nilai US$ 70-US$ 100 juta per sumur. "Pekerjaan eksplorasi Migas memang berisiko finansial tinggi," ujar Gde.

Blok Karama terletak di perairan Sulawesi Barat. Dalam Kontrak Kerja Sama antara pemerintah dan kontraktor migas, Statoil perusahaan migas asal Norwegia bertindak sebagai operator dengan kepemilikan 51%, sedangkan Pertamina Hulu Energi sebagai partner menguasai 49% kepemilikan saham.

Sesuai komitmen saat penandatanganan kontrak kerja sama pada tahun 2007 lalu, StatOil dan PHE akan melakukan pengeboran tiga sumur eksplorasi. Saat ini, jelas Gde, Statoil sedang mengkaji kembali hasil-hasil yang sudah diperoleh dari kegiatan eksplorasi.

Widhyawan menegaskan, operator harus melakukan pengeboran sesuai komitmen tersebut. Statoil mulai melakukan pengeboran pada Januari 2012 lalu. Walaupun belum berhasil menemukan migas dalam jumlah yang ekonomis, eksplorasi diharapkan masih bisa berlanjut. "Selama blok belum dikembalikan (kepada pemerintah) secara formal belum bisa disebut gagal," ujarnya.

Selain di blok Karama, ada beberapa pengeboran eksplorasi di wilayah kerja migas yang belum berhasil menemukan hidrokarbon (migas). Pengeboran-pengeboran itu sudah menelan biaya mencapai puluhan sampai jutaan dolar per sumur. "Ini realitas yang kami hadapi, mencari migas makin sulit, makin mahal, dan makin tinggi risikonya," ungkap Widhyawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri