Steady Safe ingin jadi operator bus kota berbagai daerah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbekal pengalaman kerjasama dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), PT Steady Safe Tbk ingin melebarkan sayap bisnis. Perusahaan itu bercita-cita menjadi operator bus kota di berbagai daerah.

Satu rencana yang sedang Steady Safe kawal adalah menjadi operator bus kota di Payakumbuh, Sumatra Barat. Menurut rencana awal, mereka akan mengoperasikan 60 unit bus listrik seharga Rp 2,8 miliar per unit.

Hanya, realisasi rencana tesebut masih harus menunggu keluarnya regulasi pemerintah. Maklum, pemerintah memang tengah menggodok regulasi kendaraan listrik.


Alhasil Steady Safe memperkirakan, cita-cita menjadi operator bus kota di Payakumbuh belum akan terwujud pada tahun ini. "Karena unit yang mau dimasukkan bus berbahan bakar listrik, kami nunggu regulasi untuk bus listriknya," kata John Pieter Sembiring, Direktur Utama PT Steady Safe Tbk kepada Kontan.co.id, Selasa (14/8).

Yang terang, Steady Safe tidak cuma mengajukan proposal ke Pemerintah Kota Payakumbuh. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham SAFE di Bursa Efek Indonesia tersebut mengaku, pemerintah daerah lain juga menyambut niatannya.

Sembari mengawal rencana perluasan bisnis, Steady Safe kembali melanjutkan bisnis operator bus Transjakarta. Sekadar mengingatkan, sejak Juni 2016 kontrak mereka dalam konsorsium sebagai operator bus Transjakarta, telah berakhir.

Sementara sejak awal tahun 2018, Steady Safe memperoleh kontrak baru sebagai operator bus Transjakarta. Nilai kontraknya sebesar Rp 20.500 untuk setiap kilometer (km) bus beroperasi.

Kontrak tersebut mencakup 128 bus. Sebanyak 116 bus operasi dan 12 bus cadangan. Dalam catatan Kontan.co.id, Steady Safe membeli bus Volvo dengan harga Rp 3,05 miliar per unit.

Sejauh ini, Steady Safe sudah mengoperasikan 112 bus untuk Transjakarta. "Sebentar lagi sudah beroperasi 100%," tutur John.

Sementara hingga tutup tahun 2018, Steady Safe berharap bisa mencatatakan pendapatan sebesar Rp 110 miliar. Dari pendapatan segitu, mereka ingin mengantongi laba Rp 19 miliar.

Sebagai perbandingan, sepanjang tahun 2017 Steady Safe tak mencatatkan pendapatan usaha sepeser pun. Mereka juga menanggung rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih Rp 8 miliar.

Adapun sepanjang semester I tahun ini, Steady Safe membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 19,96 miliar. Meskipun kolom topline sudah terisi, mereka masih merugi Rp 6,35 miliar.

Manajemen Steady Safe mengaku sepanjang paruh pertama tahun ini masih harus menanggung beban keuangan cukup besar berupa cicilan bus yang didatangkan pada Bulan Maret 2018 lalu. "Pengeluaran paling banyak ke cicilan selama empat tahun," terang John.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi