Steel Pipe Industry (ISSP) Targetkan Penjualan Rp 7,5 Triliun Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen pipa baja, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) bertekad meningkatkan kembali performa bisnisnya pada 2023. Hal ini didukung oleh tingginya permintaan pipa baja pada berbagai proyek konstruksi di Indonesia.

Seperti yang diketahui, tahun 2022 lalu emiten yang dikenal dengan nama Spindo ini meraih kenaikan penjualan dan pendapatan jasa 16,36% secara tahunan alias year on year (YoY) menjadi Rp 6,26 triliun. Namun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ISSP turun 37,07% YoY menjadi Rp 305,86 miliar.

Corporate Secretary & Investor Relation Steel Pipe Industry of Indonesia Johannes W. Edward menjelaskan, penurunan laba bersih Spindo disebabkan efek koreksi harga baja global lebih dari 13% sepanjang 2022. Harga baja dunia juga turun hingga 56% dari posisi tertingginya yang pernah dicapai sekitar Maret-April 2022.


Selain itu, Spindo juga sempat mengalami proses pengiriman bahan baku impor yang lama atau memakan waktu sekitar 4-5 bulan. Hal ini membuat cost of goods sold (COGS) atau harga pokok penjualan Spindo yang tercatat pada kuartal IV-2022 sebenarnya merupakan barang yang dibeli perusahaan tersebut sekitar bulan Maret-April 2022. Kondisi ini ikut mempengaruhi capaian laba bersih Spindo pada akhir tahun lalu.

Baca Juga: Jasa Armada (IPCM) Bidik Pertumbuhan Pendapatan 5% pada Tahun Ini

Terlepas dari itu, manajemen Spindo tetap menatap optimistis prospek bisnis pada 2023. Emiten tersebut membidik penjualan sekitar Rp 7,5 triliun pada tahun ini. Pada periode yang sama, laba bersih perusahaan ini ditargetkan dapat mencapai kisaran Rp 525 miliar.

"Tahun ini kami fokus menjual produk pipa baja untuk sektor migas, sektor otomotif dengan memanfaatkan insentif EV, sekaligus ekspor produk," ungkap Johannes kepada KONTAN belum lama ini.

Dia menambahkan, keberlangsungan proyek IKN Nusantara, Kalimantan Timur, turut menjadi stimulus terhadap pertumbuhan bisnis Spindo tahun ini. Sebab, produk-produk baja buatan Spindo banyak digunakan untuk proyek konstruksi dan infrastruktur di IKN Nusantara.

Tidak hanya itu, produk pipa baja Spindo juga banyak digunakan untuk proyek-proyek terkait hilirisasi industri di Tanah Air. 

Dengan tingginya permintaan pipa baja yang datang dari berbagai pelanggan, pihak Spindo merasa masih memiliki kapasitas produksi yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang ada. "Namun demikian, kami akan terus melakukan efisiensi yang pada akhirnya akan membuahkan peningkatan kapasitas secara tidak langsung," jelas Johannes.

Mengutip materi paparan publik beberapa waktu lalu, Spindo memproduksi high frequency welding (HFW) seperti pipa hitam, pipa air, pipa mekanik, pipa API, pipa furnitur, dan tiang baja. Selain itu, Spindo memiliki produk spiral submerged arc welding (SSAW) seperti pipa spiral dan tungsten inert gas welding (TIGW) seperti pipa stainless steel industri dan ornamen. 

Saat ini, Spindo memiliki lebih dari 5.000 pelanggan terdaftar yang terdiri dari 2.000-3.000 pelanggan aktif yang berasal dari sektor konstruksi, furnitur, otomotif, dan migas.

Baca Juga: Transkon Jaya (TRJA) Bukukan Pendapatan Rp 483 Miliar pada Tahun Lalu

Lebih lanjut, manajemen Spindo menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 200 miliar-Rp 250 miliar pada 2023 yang berasal dari kombinasi antara kas internal dan pendanaan eksternal. Capex tersebut dipakai untuk pemeliharaan pabrik, pengembangan depo, dan pembangunan pabrik unit 7 di Gresik. 

Sebelumnya, Spindo telah memiliki pabrik unit 1, 2, 3 yang berada di Surabaya, pabrik unit 4 di Pasuruan, pabrik unit 5 di Karawang, dan pabrik unit 6 di Sidoarjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi