KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen baja PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) berusaha memperkuat kinerja bisnisnya pada sisa tahun ini kendati industri baja nasional dalam kondisi yang cukup menantang. Sebagaimana diketahui, penjualan dan pendapatan jasa Steel Pipe Industry of Indonesia mengalami penurunan sebesar 9,83%
year on year (yoy) menjadi Rp 4,31 triliun hingga akhir kuartal III-2024.
Corporate Secretary Steel Pipe of Industry of Indonesia Felicia Priska mengatakan, penurunan kinerja top line ISSP disebabkan oleh koreksi harga
Hot Rolled Coil (HRC) atau baja canai panas di pasarĀ global yang kemudian berdampak langsung terhadap harga jual rata-rata atau
average selling price (ASP) produk baja emiten tersebut.
Walau begitu, emiten baja yang dikenal dengan nama Spindo tersebut masih mampu membukukan pertumbuhan margin profit kotor atau
Gross Profit Margin (GPM) sebesar 18% pada akhir kuartal III-2024. Angka ini telah melampaui ekspektasi GPM Spindo pada 2024 sebesar 17%.
Baca Juga: Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) Incar Laba Naik 10%-20% di Akhir 2024 "Hasil ini diperoleh berkat manajemen pengelolaan bahan baku yang efektif dan beberapa penyesuaian strategi penjualan," ujar Priska dalam Analyst Meeting secara daring, Kamis (31/10). Sayangnya, laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turut mengalami penurunan 1,56% yoy menjadi Rp 358,10 miliar per kuartal III-2024. Manajemen Spindo tetap optmistis dengan prospek bisnis perusahaan, mengingat proyek-proyek infrastruktur nasional kembali berlanjut seiring pergantian pemerintahan baru. Pihak Spindo tetap memproyeksikan pertumbuhan penjualan sebesar 5% sampai akhir tahun nanti. Spindo juga tetap mengincar pertumbuhan laba bersih 10% sampai 20% pada 2024. "Secara konservatif kami turut memperkirakan pertumbuhan margin profit kotor dan bersih masing-masing 17% dan 8%," imbuh Priska. Saat ini, Spindo fokus menjual berbagai produk baja ke sektor konstruksi, infrastruktur, dan utilitas yang mampu berkontribusi 58% dari total penjualan baja perusahaan per kuartal ketiga lalu. Sebagai contoh, Spindo memasok baja untuk proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatiluhur, proyek pembangunan jaringan perpipaan air limbah 2 Kawasan IKN Nusantara, dan lain sebagainya. Selain itu, Spindo juga aktif melakukan penjualan baja ke sektor minyak dan gas (migas) serta otomotif dengan kontribusi penjualan masing-masing 19% hingga kuartal ketiga kemarin. Lebih lanjut, Spindo terus meningkatkan penggunaan bahanĀ baku lokal untuk produksi berbagai bajanya. Hingga kuartal III-2024, penggunaan material lokal oleh Spindo sudah lebih dari 50%. Di sisi lain, Spindo juga menyadari ada beberapa proyek yang membutuhkan spesifikasi baja tertentu yang mana bahan bakunya belum tersedia di dalam negeri. Maka itu, Manajemen Spindo terus menjalin kerja sama yang kuat dengan berbagai vendor global agar bisa memberi manfaat maksimal kepada perusahaan dalam hal pemenuhan bahan baku. Manajemen Spindo tetap menjalankan strategi utama untuk memperkuat bisnis sekaligus menangkal efek meningkatnya impor baja asal China di Indonesia. Di antaranya adalah ekspansi cakupan penjualan baja ke berbagai segmen pelanggan, pemasaran yang menyasar konsumen akhir, peningkatan operasional dengan optimalisasi penggunaan teknologi berbasis 4.0 untuk produksi, hingga diversifikasi penyediaan produk baja untuk proyek-proyek berwawasan hijau.
Spindo juga berharap banyak keberadaan pusat distribusi unit 7 yang baru beroperasi di Gresik akan meningkatkan daya saing sekaligus memudahkan distribusi produk perusahaan, terutama di wilayah Pantura. "Kami yakin bisa bersaing di tengah ketatnya persaingan industri baja Indonesia," tandas dia.
Baca Juga: Industri Baja Lokal Tergencet Baja Impor Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati