Steve Mnuchin masih optimistis ada kemungkinan untuk diplomasi China



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Steven Mnuchin mengatakan ada risiko sengketa tarif antara AS dan China akan meletus menjadi perang dagang skala penuh, meskipun ia sangat optimistis bahwa dua ekonomi terbesar dunia akan menyelesaikan perbedaan melalui negosiasi.

Mengutip Bloomberg, Sabtu (7/4), Mnuchin mengungkapkan bahwa strategi yang diambil oleh pemerintah AS telah diatur dengan sangat baik. "Strategi kami sangat jelas. Saya sangat optimis kami akan dapat menyelesaikannya,” ujarnya dalam wawancara dengan CNBC, dilansir dari Bloomberg.

Mnuchin menyatakan ia tidak khawatir bahwa China akan membalas dengan mempersulit AS untuk membiayai defisit seperti pemotongan pajak pemerintah untuk meningkatkan kebutuhan pinjaman pemerintah federal. China memiliki hampir US$ 1,2 triliun surat utang pemerintah AS.


"Saya tidak peduli tentang itu. Ada banyak pembeli di seluruh dunia untuk surat utang AS," ujarnya

Presiden Donald Trump pada hari Kamis (5/4) menginstruksikan Kantor Perwakilan Dagang AS untuk mempertimbangkan tarif tambahan US$ 100 miliar untuk produk impor Cina, sehingga menghasilkan kisaran US$ 150 miliar. China mengatakan akan merespon secara proporsional dan sejauh ini telah mengajukan bea masuk US$ 50 miliar untuk produk AS, termasuk pesawat dan kedelai.

Pekan lalu Trump mengatakan bahwa perselisihan dengan China dapat merugikan pasar dalam jangka pendek tetapi Amerika akan muncul lebih kuat dari itu. “Kita mungkin kehilangan sedikit tetapi kita akan memiliki negara yang jauh lebih kuat ketika kita selesai,” kata Trump dalam wawancara dengan WABC Radio.

Mnuchin, dalam wawancara CNBC, mengatakan AS tidak ingin terlibat dalam perang dagang dengan Cina dan bersedia untuk bernegosiasi mengenai ancaman tarif tunda antara kedua negara yang telah meningkat minggu ini.

“Di satu sisi, kami bersedia melanjutkan negosiasi. Di sisi lain, presiden benar-benar siap untuk membela kepentingan kami,” pungkas Mnuchin.

Editor: Herlina Kartika Dewi