BEIJING. Xinhua News Agency dalam kolom opininya menulis, kebijakan stimulus besar-besaran akan berdampak buruk bagi perekonomian China jangka panjang. "Banyak pihak yang mengharapkan pemerintah mengeluarkan kebijakan agresif untuk menghindari berhentinya roda perekonomian, sama seperti paket stimulus senilai 4 triliun yuan atau US$ 632 miliar yang dikeluarkan pada 2008 lalu. Padahal, kebijakan stimulus besar-besaran dapat berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi China," jelas Liu Jie, wartawan Xinhua. Dia menambahkan, stimulus 2008 menyebabkan pembengkakan pada utang pemerintah lokal dan meningkatnya risiko gagal bayar. Selain itu, kebijakan tersebut juga masih meninggalkan pertanyaan tak terjawab mengenai penyeimbangan kembali ekonomi. Sekadar informasi, perekonomian China hanya tumbuh 7,6% pada kuartal II dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat dalam tiga tahun terakhir setelah pemerintah berjuang memerangi inflasi dan melonjaknya harga properti pasca penggelontoran paket stimulus tahun 2008 llau. Sejumlah analis dari Morgan Stanley, UBS AG, INV Groep NV, Barclays Plc, dan Royal Bank of Scotland Plc sudah memangkas estimasi pertumbuhan China menjadi 7,5% pada tahun ini.
Stimulus agresif bisa memukul ekonomi China
BEIJING. Xinhua News Agency dalam kolom opininya menulis, kebijakan stimulus besar-besaran akan berdampak buruk bagi perekonomian China jangka panjang. "Banyak pihak yang mengharapkan pemerintah mengeluarkan kebijakan agresif untuk menghindari berhentinya roda perekonomian, sama seperti paket stimulus senilai 4 triliun yuan atau US$ 632 miliar yang dikeluarkan pada 2008 lalu. Padahal, kebijakan stimulus besar-besaran dapat berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi China," jelas Liu Jie, wartawan Xinhua. Dia menambahkan, stimulus 2008 menyebabkan pembengkakan pada utang pemerintah lokal dan meningkatnya risiko gagal bayar. Selain itu, kebijakan tersebut juga masih meninggalkan pertanyaan tak terjawab mengenai penyeimbangan kembali ekonomi. Sekadar informasi, perekonomian China hanya tumbuh 7,6% pada kuartal II dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat dalam tiga tahun terakhir setelah pemerintah berjuang memerangi inflasi dan melonjaknya harga properti pasca penggelontoran paket stimulus tahun 2008 llau. Sejumlah analis dari Morgan Stanley, UBS AG, INV Groep NV, Barclays Plc, dan Royal Bank of Scotland Plc sudah memangkas estimasi pertumbuhan China menjadi 7,5% pada tahun ini.