KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA) mencatatkan penyusutan kinerja sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Namun, pelemahan ini dinilai masih tergolong wajar akibat siklus
revenue recognition yang
lagging, sementara prospek pemulihan tetap terbuka pada tahun depan.
Seperti diketahui, SMRA membukukan laba bersih sebesar Rp 549,57 miliar sepanjang Januari-September 2025. Perolehan ini lebih rendah dari periode serupa 2024 yang mencapai Rp 937,75 miliar atau turun sekitar 41,35% secara tahunan (YoY). Penurunan laba SMRA juga sejalan dengan kinerja pendapatan yang menyusut 14,86% secara tahunan menjadi Rp 6,41 triliun dari semula Rp 7,53 triliun per September 2024.
Baca Juga: Kinerja Summarecon Agung (SMRA) Diproyeksi Pulih pada 2026, Cek Rekomendasi Sahamnya Head of Research PT Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, pelemahan kinerja yang terjadi pada SMRA periode ini adalah hal yang wajar akibat siklus
revenue recognition yang mengalami
lagging. "Kinerja sekarang itu hasil
marketing sales lama saat pasar berat. Ditambah daya beli kelas menengah lagi lemah, bikin serapan dan proses KPR lambat. Akibatnya
top line dan
bottom line turun," ujar Wafi kepada Kontan, Senin (22/12/2025). Lebih lanjut, Wafi menyebut dengan stimulus relaksasi LTV (
Loan to Value) hingga 0% dan perpanjangan PPN DTP (
Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) hingga 2027 akan menjadi stimulus positif ke depan. Dia menilai stimulus tersebut bisa menyokong
presales SMRA tahun 2026, khususnya bagi
first home buyer. Tetapi dia mencermati, dampak stimulus tersebut ke kinerja keuangan akan membutuhkan waktu.
"Stimulus ini positif buat
cash flow, tapi belum tentu langsung membuat laba kuartal I dan kuartal II 2026 naik," lanjutnya. Adapun risiko yang perlu diwaspadai terhadap kinerja SMRA ke depan adalah kenaikan biaya konstruksi yang menggerus margin dan risiko jika Bank Indonesia (BI) telat memangkas suku bunga acuan.
Dengan begitu, Wafi pun memberikan rekomendasi investor untuk BUY saham SMRA dengan target harga Rp 700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News