JAKARTA. Pengusaha baja dalam negeri tengah gundah gulana. Sebab, stok produk mereka di pasar lokal tak terserap. Akibatnya, jumlah stok itu mencapai 600.000 ton. Kelebihan stok baja sebanyak itu merupakan jumlah yang sangat besar. Angka itu hampir menyamai 15% produksi baja nasional per tahun yang mencapai 4 juta ton. Terkait itu, pengusaha meminta pemerintah segera mengeluarkan cara yang jitu agar produk mereka terserap. Semisal, pemerintah merealisasikan janji percepatan proyek infrastruktur serta kewajiban penyerapan produk lokal dalam setiap proyek di dalam negeri. "Dengan kelebihan stok itu, kami sulit bergerak. Karena itu, pemerintah perlu segera mewujudkan janji mereka," ujar Ketua bidang long product Iron and Steel Industry Association (IISIA) Ismail Mandry, Selasa (6/1). Menumpuknya baja ini disebabkan antara lain oleh harga baja dunia yang anjlok. Pengusaha dalam negeri mengaku sulit mengikuti penurunan harga baja dunia dengan alasan pada saat membeli bahan baku harganya masih tinggi. Akibatnya, produksi baja domestik mereka tak terserap dan mengalami penumpukan stok. Pengusaha menilai jika mereka menurunkan harga jual produknya mengikuti harga baja dunia bakal membuat kondisi usahanya semakin terpuruk. Satu-satunya jalan adalah dengan tetap menjual produk mereka dengan harga sesuai kondisi terdahulu. Selain penurunan harga baja dunia, penyebab stok menumpuk juga karena impor baja melonjak naik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor baja pada periode Januari-November 2008 melonjak 118% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari US$ 5,03 miliar menjadi US$ 10,95 miliar. Akumulasi nilai impor itu memicu kelebihan pasokan di pasar lokal. Sementara itu, data BPS juga menyebutkan impor besi dan baja dengan kategori nomor HS 72 (bahan baku) pada Januari-November 2008 meningkat 107% dibandingkan periode sama 2007 dari US$ 3,8 miliar menjadi US$ 7,9 miliar. Demikian pula impor barang dari besi dan baja dengan nomor HS 73 (produk hilir) yang melesat 148% dari US$ 1,23 miliar menjadi US$ 3,05 miliar. Meski begitu, data BPS juga menyebutkan, pada November 2008 impor besi dan baja turun 33,5% dibandingkan bulan sebelumnya, dari US$ 757 juta menjadi US$ 503 juta. Pada bulan yang sama, impor produk hilir baja juga menurun 0,2% dari US$ 306,2 juta menjadi 305,5 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Stok Baja Menumpuk Hingga 600.000 Ton
JAKARTA. Pengusaha baja dalam negeri tengah gundah gulana. Sebab, stok produk mereka di pasar lokal tak terserap. Akibatnya, jumlah stok itu mencapai 600.000 ton. Kelebihan stok baja sebanyak itu merupakan jumlah yang sangat besar. Angka itu hampir menyamai 15% produksi baja nasional per tahun yang mencapai 4 juta ton. Terkait itu, pengusaha meminta pemerintah segera mengeluarkan cara yang jitu agar produk mereka terserap. Semisal, pemerintah merealisasikan janji percepatan proyek infrastruktur serta kewajiban penyerapan produk lokal dalam setiap proyek di dalam negeri. "Dengan kelebihan stok itu, kami sulit bergerak. Karena itu, pemerintah perlu segera mewujudkan janji mereka," ujar Ketua bidang long product Iron and Steel Industry Association (IISIA) Ismail Mandry, Selasa (6/1). Menumpuknya baja ini disebabkan antara lain oleh harga baja dunia yang anjlok. Pengusaha dalam negeri mengaku sulit mengikuti penurunan harga baja dunia dengan alasan pada saat membeli bahan baku harganya masih tinggi. Akibatnya, produksi baja domestik mereka tak terserap dan mengalami penumpukan stok. Pengusaha menilai jika mereka menurunkan harga jual produknya mengikuti harga baja dunia bakal membuat kondisi usahanya semakin terpuruk. Satu-satunya jalan adalah dengan tetap menjual produk mereka dengan harga sesuai kondisi terdahulu. Selain penurunan harga baja dunia, penyebab stok menumpuk juga karena impor baja melonjak naik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor baja pada periode Januari-November 2008 melonjak 118% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari US$ 5,03 miliar menjadi US$ 10,95 miliar. Akumulasi nilai impor itu memicu kelebihan pasokan di pasar lokal. Sementara itu, data BPS juga menyebutkan impor besi dan baja dengan kategori nomor HS 72 (bahan baku) pada Januari-November 2008 meningkat 107% dibandingkan periode sama 2007 dari US$ 3,8 miliar menjadi US$ 7,9 miliar. Demikian pula impor barang dari besi dan baja dengan nomor HS 73 (produk hilir) yang melesat 148% dari US$ 1,23 miliar menjadi US$ 3,05 miliar. Meski begitu, data BPS juga menyebutkan, pada November 2008 impor besi dan baja turun 33,5% dibandingkan bulan sebelumnya, dari US$ 757 juta menjadi US$ 503 juta. Pada bulan yang sama, impor produk hilir baja juga menurun 0,2% dari US$ 306,2 juta menjadi 305,5 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News