KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor manufaktur Indonesia masih dalam mode ekspansif. Terlihat dari indeks manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret 2023 berada di level 51,9. Angka ini meningkat 0,7 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 51,2. Meski indeks manufaktur naik, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono menilai dari sisi permintaan masih sangat lemah.
Ia mengakui bahwa momen lebaran 2023 memang akan memberikan sumbangan positif terhadap sektor manugfaktur Indonesia. Namun hal tersebut belum cukup untuk menggairahkan manufaktur Indonesia pada April 2023. "Kalau April nanti ketolong lebaran, ya pasti cuma penjualannya saja (meningkat), manufakturnya tidak bisa diharapkan banyak," ujar Fajar kepada Kontan.co.id, Senin (3/4).
Baca Juga: Pengesahan UU Cipta Kerja Bertujuan Meningkatkan FDI, Ini Kata Ekonom Core Ia juga memperkirakan kinerja manufaktur Indonesia tidak akan sebaik pada April tahun lalu. Salah satunya dipicu masuknya barang impor yang semakin marak sehingga menekan industri manufaktur di Indonesia. "Lebih bagus tahun lalu, barang impornya tidak terlalu banyak. Tahun ini terlalu banyak sekali yang masuk," katanya. Fajar melihat, barang-barang jadi di dalam negeri banyak yang menumpuk digudang. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan cenderung tidak terlalu kuat jika dibandingkan dengan momen Ramadan tahun lalu. Menurutnya, kondisi barang jadi yang banyak menumpuk tersebut berakibat para pengusaha manufaktur berpotensi akan mengurangi produksinya pada Juni dan Juli 2023. Ia menyarankan pemerintah untuk menyetop impor yang dapat merugikan sektor manufaktur Indonesia.
"Yang kita khawatirkan di Mei, di April barang menumpuk di gudang, sehingga kelihatannya manufaktur naik tapi permintaannya tidak sebagus tahun lalu," kata Fajar. "Nah, kalau di April lebarannya tidak terlalu bagus juga, kita khawatirkan di barang-barang Mei ini tidak terlalu banyak keluar dari gudang. Saya khawatir di Juni dan Juli ada potensi mengurangi produksi," imbuhnya.
Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Meningkat Menjadi 51,9 Pada Maret 2023 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat