Stok batubara PLN sempat menipis akibat patokan harga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stok batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sempat menipis, yakni berada di bawah 15 hari. Kondisi ini akibat suplai dari perusahaan pertambangan batubara berkurang karena kewajiban dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) 25% dengan patokan harga US$ 70 per ton.

Direktur Pengadaan Strategis PLN, Supangkat Iwan Santoso mengatakan, kekurangan pasokan batubara untuk sektor kelisrikan bermula dari rencana penerapan harga batubara khusus untuk kelistrikan US$ 70 per ton, sehingga sejumlah produsen batubara sempat menurunkan pasokan.

"Di awal-awal memang terpengaruh, ada isu harga DMO batubara yang waktu itu belum diputuskan itu mungkin mereka takut, ngerem, sehingga stok kita rendah," kata Supangkat, di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kamis (5/7).


Menurut Iwan, dampak pengurangan pasokan batubara untuk sektor kelistrikan masih dirasakan, sehingga kondisi stok batubara untuk sebagian PLTU masih di bawah stok normal yakni 15 hari. Dia menduga produsen batubara lebih memilih mengekspor batubara karena harganya jauh lebih tinggi. "Di luar tinggi mungkin disedot keluar juga," ungkapnya.

Menurut Supangkat, kondisi tersebut tidak membuat PLTU berhenti, namun sebagian PLTU mengalami gangguan karena terpaksa menggunakan stok batubara yang kondisinya kurang bagus. Untuk menghindari kekurangan pasokan listrik, PLN mengoptimalkan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

"Karena kalau stoknya tipis itu kan batubara yang di bawah-bawah yang dipakai. Misalnya yang sudah kena air. Tapi sekarang sudah normal bulan April-Mei itu berdampak itu kemarin," terangnya.

Asal tahu saja, kebutuhan batubara untuk PLN pada tahun 2018 ini mencapai 92 juta ton. Sampai pada akhir Juli lalu, Kementerian ESDM penggunaan batubara DMO mencapai 53,45 juta ton. "Sudah sekitar 48%," kata Supangkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .