Stok beras ditambah, BI prediksi Februari deflasi



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengapresiasi langkah pemerintah dalam merespon kenaikan harga beras di pasar. Sebab, menurut Gubernur BI Agus Marto Wardojo melambungnya harga beras akan mempengaruhi tingkat laju perubahan harga secara keseluruhan.

Oleh karenanya, jika harga beras bisa diredam, ia optimistis laju kenaikan harga bulan Februari bisa lebih baik dibandingkan Januari 2015. "Secara umum pada Februari saya perkirakan akan kembali deflasi," ujar Agus, Rabu (25/2) di Istana Negara.

Hanya saja, Agus tidak bilang berapa nilai deflasi yang akan terjadi. Sebagai gambaran saja, pada bulan januari mengalami deflasi sebesar 0,02%.


Memang, tantangan yang dihadapi pada bulan ini hanya kenaikan harga beras saja. Sedangkan, harga kebutuhan pokok lainnya sudah turun, seperti biaya transportasi, sayur-sayuran dan palawija. Hal ini beda ketika bulan Januari lalu, beberapa harga komoditas masih mengalami kenaikan.

Menurut ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistyaningsih, deflasi di bulan Februari diperkirakan sebesar 0,2%. Angka perkiraan itu keluar dengan asumsi harga beras di data Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang relatif tetap, dan diperkirakan akan turun.

Sebab,hampir semua harga makanan di Depdag turun. Namun, kalau ternyata harga beras tidak turun, Lana memperkirakan Februari akan terjadi inflasi sebesar 0,01%.

Hari Rabu (25/2) kemarin Jokowi mulai mendistribusikan beras untuk operasi pasar yang ada di gudang beras Bulog. Dalam kesempatan itu Jokowi mendistribusikan 20.000 ton beras untuk operasi pasar.

Selain itu, ada juga 300.000 ton beras yang dialokasikan untuk masyarakat miskin. Pemerintah sendiri saat ini memiliki persediaan beras 1,4 juta ton beras di gudang Bulog. Jika diperlukan pemerintah bisa saja menyalurkan beras-beras itu.

Namun demikian, pemerintah akan menjaga stok di pasar supaya tidak mengalami suplai berlebih. Sebab, pada Maret mendatang, Indonesia akan mengalami panen raya. Pada saat itu, stok beras akan melimpah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie