KONTAN.CO.ID - SEMARANG. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan melakukan peninjauan pasokan beras di Pasar Bulu Baru Semarang, Selasa (20/2). Dalam kesempatan itu, pedagang pasar mengeluhkan kelangkaan dan mahalnya beras premium kepada Mendag. Pedagang Beras di Pasar Bulu Baru, Siti mengadu bahwa beras premium sudah mulai langka di pasar sejak dua minggu terakhir. Dia juga mengatakan bahwa pedagang saat ini sudah mulai kesulitan mencari stok dari distributor beras.
"Ini dua minggu sudah kosong barangnya," keluh Siti kepada Mendag saat dijumpai di kiosnya. Baca Juga:
Badan Pangan: Stok Beras Bulog Masih Ada 1,4 Juta Ton, Cukup untuk Puasa dan Lebaran Menurutnya, kelangkaan ini yang turut mengerek harga beras premium mencapai Rp 85.000 per 5 kg atau Rp 17.000 per kg. "Susah kalau premium pak, barangnya tidak ada dan sekarang sudah Rp 85.000 per 5 kg," tambahnya. Hal serupa juga dinyatakan oleh pedagang beras lain, Yuyun. Pihaknya mengatakan bahwa beras premium saat ini sudah mencapai Rp 16.000 per kg. Padahal mulanya hanya mencapai Rp 13.000 per kg. "Ini sudah naik satu minggu lebih sepuluh hari pak," jelas Yuyun, Dalam kesempatan itu, Mendag berdalih bahwa kenaikan beras ini lantaran belum ada panen raya. Sehingga ada kekurangan stok dan menyebabkan kenaikan harga di beras lokal. Untuk itu, Mendag meminta kepada pedagang untuk stok beras SPHP lantaran stoknya dipastikan tercukupi dan harganya yang lebih murah. "Ibu kalau beli beras Bulog yang karung besar bisa lebih murah Rp 200 per kg dari beras SPHP yang 5 kg," jelas Mendag.
Baca Juga: Jokowi Salurkan Bantuan Cadangan Beras di Tangerang Selatan Berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Selasa (20/2) harga beras sudah terbang melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Beras Premium saat ini mencapai Rp 16.380 per kg, padahal HET beras preimum hanya berkisar 12.900 hingga 14.800 per kg. Sementara beras jenis medium mencapai Rp 14.180 per kg, padahal HET-nya hanya berkisar Rp 10.900 hingga 11.800 per kg. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari