Stok Berlebih, PKT Kurangi Produksi



JAKARTA. Karena tak kunjung memperoleh rekomendasi ekspor, produsen pupuk mengaku mengalami kelebihan stok. Kelebihan persediaan pupuk itu mencapai 10% - 15% atau setara dengan 550.000 ton hingga 825.000 ton. Sekadar catatan, total kebutuhan domestik tahun ini mencapai 5,5 juta ton.

Departemen Perdagangan memerlukan rekomendasi ekspor dari Departemen Perindustrian dan Departemen Pertanian agar bisa menerbitkan izin ekspor pupuk. Artinya, selama belum ada rekomendasi itu, produsen tidak bisa melakukan ekspor.

Untuk mengurangi kelebihan stok, sementara ini produsen hanya bisa menurunkan produksi. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) salah satunya. “Gudang sudah penuh, kami mulai melakukan cut rate alias penurunan produksi dari 105% menjadi 95%,” kata Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Hidayat Nyakman, Selasa (8/9).


Hidayat menyebutkan, per Selasa (8/9), stok pupuk urea PKT mencapai 640.000 ton. Sebanyak 250.000 ton disimpan di pabrik dan sisanya di Lini III atau di gudang penyimpanan tingkat Kabupaten.

Dari volume 640.000 ton, papar Hidayat, PKT siap mengekspor sekitar 300.000 ton. “Sementara sisanya akan kami cadangkan untuk menghadapi musim tanam yang berlangsung pada Oktober-Maret nanti,” katanya.Bila pada akhirnya pemerintah menerbitkan rekomendasi dan izin ekspor, PKT akan menjual pupuk ke India, Pakistan, Banglades, Vietnam, dan Thailand.

Hidayat tak bersedia menjelaskan lebih detail soal rencana ekspornya itu. “Pokoknya, jika pemerintah mengizinkan kami siap melaksanakan,” kata Hidayat.

Menurut dia, selain dilatarbelakangi masalah izin ekspor, kelebihan stok dipicu oleh rendahnya penyerapan pupuk petani. Hingga akhir Juli 2009, total penyerapan pupuk di 18 provinsi yang menjadi tanggung jawab PKT baru mencapai 87% atau 909.150 ton dari ketentuan Menteri Pertanian sebanyak 1,045 juta ton.

Benny Wachjudi, Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian (Depperin), juga sepakat bahwa kelebihan stok pupuk lebih disebabkan penyerapan oleh petani yang masih rendah. “Selama semester I, penerapan petani masih kurang dari 80%," ujar dia

Selama enam bulan pertama 2009, pupuk bersubsidi yang belum terserap mencapai 500.000 - 700.000 ton. Mengacu angka itu dan daya serap petani di semester II, Benny memperkirakan volume pupuk yang siap ekspor sekitar 700.000 - 1 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan