Stok CBP di Bulog Kurang dari Sejuta Ton, NFA: Diutamakan Penyerapan di Dalam Negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di Bulog kini masih 651.437 ton. Artinya CBP berada dibawah target yang seharusnya ditetapkan.

Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pengadaan CBP diutamakan melalui penyerapan dalam negeri. Namun apabila ketersediaan di lapangan tidak mencukupi maka diperbolehkan untuk adanya pengadaan dari impor.

"Kita mengutamakan pengadaan dalam negeri, tapi apabila tidak cukup diperbolehkan untuk pengadaan dari luar negeri," kata Arief dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (16/11).


Baca Juga: Bulog Tak Yakin Target Cadangan Beras 1,2 Juta Ton Tahun Ini Terpenuhi

Berdasarkan survei NFA, Arief memaparkan kondisi stok level beras nasional ada diangka 6,7 juta ton. Dalam paparan NFA menjabarkan bahwa, stok beras yang ada di rumah tangga sebesar 3,3 juta ton, di penggilingan 1,4 juta ton, di pedagang 800.250 ton, Bulog 651.437 ton, di hotel restoran cafe (Horeca) 333.676 ton dan di Pasar Induk Beras Cipinang 37.938 ton.

Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) Budi Waryanto dihubungi terpisah mengatakan, jika memang diputuskan dilakukan impor maka hanya ditujukan untuk CBP. Keputusan impor biasanya akan dilakukan saat Rakortas di Kementerian Koordinator Bidang Perkonomian.

"Kalaupun ada impor hanya untuk CBP pemerintah, tidak masuk pasar, untuk jaga-jaga idul fitri, karena Maret sudah panen raya," kata Budi dihubungi Kontan.co.id, Rabu (16/11).

Adapun jika stok CBP di Bulog dibawah satu juta ton maka konsekuensi yang akan terjadi ialah kenaikan harga, sebagai dampak psikologis CBP dibawah target.

"Konsekuensi harga saja yang naik dampak psikologis stok Bulog kurang 1 juta. Kalau stok di penggilingan, pedagang, hotel, PIBC dan rumah tangga masih cukup. Dampak psikologis bisa saja ada pengusaha, bisa juga harga naik dampak global harga pangan naik, atau juga dampak BBM naik sehingga biaya input produksi naik," jelas Budi.

Baca Juga: Pembayaran Utang Rp 5,2 Triliun ke Bulog Tunggu Persetujuan Kemensos

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan, pemerintah perlu cepat mengambil langkah alternatif untuk memenuhi kebutuhan CBP. Karena kembali Buwas menegaskan tidak mungkin Bulog dalam waktu dekat ini bisa menyerap dengan jumlah besar. Lantaran ketersediaan di beras/gabah di lapangan terbatas dan harga yang mengalami tren kenaikan.

"Karena barangnya selain tidak ada Pak dan harganya juga tidak memungkinkan juga Pak. Ini kalau kita akan mendatangkan dari luar itu juga harus secepat mungkin, ada beberapa negara juga menutup atau tidak mengeluarkan dari produksi-produksi pertanian khususnya beras," kata Buwas.

Selain itu, jika akan dilakukan impor juga perlu dipertimbangkan adanya keterbatasan angkutan yang akan mempengaruhi dapat tidaknya melakukan impor. Kemudian meningkatnya nilai tukar rupiah dengan dolar ini juga akan mempengaruhi dari harga beras yang akan didatangkan.

Lantaran beras menjadi kebutuhan pokok yang pengaruhi inflasi maka, Pemerintah diharapkan segera menyiapkan langkah alternatif soal pemenuhannya.

"Jadi ini kalau kita terlambat mengambil langkah mengambil antisipasi, maka ini juga ada kerawanan persoalan pangan untuk khususnya beras. Walau tadi Kepala Badan Pangan Nasional menjelaskan bahwa pangan tidak hanya dilihat dari produksi beras karena ada jagung dan lainnya," ungkap Buwas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto