JAKARTA. Pengusaha daging olahan meminta kepada Kementerian Perdagangan untuk membuka keran impor daging olahan. Pasalnya, ditutupnya keran impor daging olahan akan membuat industri daging olahan sulit untuk tumbuh. Haniwar Syarif, Direktur Eksekutif National Meat Processor Association, mengatakan, pada tahun ini saja, omzet industri daging olahan tidak mampu mencapai target. Jika keran impor daging olahan diperketat pada tahun depan, omzet industri daging olahan akan stagnan.Tahun lalu, omzet industri daging olahan dalam negeri mencapai Rp 3 triliun. Tahun ini, industri daging olahan memperkirakan omzet industri daging olahan mencapai Rp 3,4 triliun. Namun, karena ditutupnya impor daging olahan, omzet industri daging olahan hanya sekitar Rp 3,1 triliun."Karena produsen dalam negeri masih belum bisa memenuhi seluruh permintaan, sehingga harus impor. Kalau tidak impor, mau dari mana lagi," ujarnya. Dari pemasok produsen daging olahan, PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) dan PT Primafood International masih memimpin pasar industri sosis dan daging olahan domestik. Meski begitu, dua produsen tersebut masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan industri daging olahan.Sehingga, Haniwar meminta kepada pemerintah untuk tidak membatasi impor daging untuk konsumsi industri. Soalnya, Pembatasan pasokan daging impor pada industri dinilai akan menyulitkan produsen untuk menghasilkan produk daging olahan berkualitas tinggi sesuai keinginan pasar.Selain itu, harga daging lokal, kata Haniwar dianggap terlalu tinggi sehingga ini akan menyulitkan industri daging olahan. Apabila izin impor daging olahan diberlakukan, produk daging olahan lokal akan bersaing dengan produk impor. Sehingga, biaya bahan baku daging bisa ditekan 10%-15%. Menurut Haniwar, harga daging impor dari Brazil dari India lebih murah 20%-50% dibandingkan harga daging lokal.Ia menambahkan, saat ini produksi daging lokal masih belum mampu memenuhi kebutuhan. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, konsumsi daging dalam negeri mencapai 480.000 ton per tahun atau dibutuhkan sekitar 21 juta ekor sapi. Namun, pada saat ini, populasi sapi baru mencapai 13 juta ekor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Stok di dalam negeri terbatas, pengusaha daging olahan minta keran impor dibuka
JAKARTA. Pengusaha daging olahan meminta kepada Kementerian Perdagangan untuk membuka keran impor daging olahan. Pasalnya, ditutupnya keran impor daging olahan akan membuat industri daging olahan sulit untuk tumbuh. Haniwar Syarif, Direktur Eksekutif National Meat Processor Association, mengatakan, pada tahun ini saja, omzet industri daging olahan tidak mampu mencapai target. Jika keran impor daging olahan diperketat pada tahun depan, omzet industri daging olahan akan stagnan.Tahun lalu, omzet industri daging olahan dalam negeri mencapai Rp 3 triliun. Tahun ini, industri daging olahan memperkirakan omzet industri daging olahan mencapai Rp 3,4 triliun. Namun, karena ditutupnya impor daging olahan, omzet industri daging olahan hanya sekitar Rp 3,1 triliun."Karena produsen dalam negeri masih belum bisa memenuhi seluruh permintaan, sehingga harus impor. Kalau tidak impor, mau dari mana lagi," ujarnya. Dari pemasok produsen daging olahan, PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) dan PT Primafood International masih memimpin pasar industri sosis dan daging olahan domestik. Meski begitu, dua produsen tersebut masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan industri daging olahan.Sehingga, Haniwar meminta kepada pemerintah untuk tidak membatasi impor daging untuk konsumsi industri. Soalnya, Pembatasan pasokan daging impor pada industri dinilai akan menyulitkan produsen untuk menghasilkan produk daging olahan berkualitas tinggi sesuai keinginan pasar.Selain itu, harga daging lokal, kata Haniwar dianggap terlalu tinggi sehingga ini akan menyulitkan industri daging olahan. Apabila izin impor daging olahan diberlakukan, produk daging olahan lokal akan bersaing dengan produk impor. Sehingga, biaya bahan baku daging bisa ditekan 10%-15%. Menurut Haniwar, harga daging impor dari Brazil dari India lebih murah 20%-50% dibandingkan harga daging lokal.Ia menambahkan, saat ini produksi daging lokal masih belum mampu memenuhi kebutuhan. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, konsumsi daging dalam negeri mencapai 480.000 ton per tahun atau dibutuhkan sekitar 21 juta ekor sapi. Namun, pada saat ini, populasi sapi baru mencapai 13 juta ekor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News