KUALA LUMPUR. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) tergerus tajam, karena spekulasi suplai minyak nabati global bakal menggemuk. Koreksi yang terjadi hari ini, merupakan yang terbesar dalam sepekan.Kontrak CPO untuk pengiriman Juli di Malaysia Derivatives Exchange tumbang 1,1% ke posisi RM 3.474 atau setara US$ 1.137 per metrik ton. Ini penurunan terbesar sejak 19 April lalu. Selanjutnya, kontrak yang sama mengakhiri sesi perdagangan pagi di level RM 3.478 per metrik ton.Pasar berspekulasi, suplai minyak nabati dunia bakal bertambah. Ini lantaran produksi minyak sawit di Malaysia akan lebih besar, apalagi ada perluasan penanaman kedelai di Amerika Serikat. Sebelumnya, Malaysian Palm Oil Board melaporkan produksi minyak sawit di Malaysia naik 2,1% menjadi 1,21 juta ton pada Maret lalu. Siklus produksi memang mulai meningkat terhitung Maret, setelah periode produksi rendah di Januari dan Februari."Produksi CPO diperkirakan akan naik 6%-8% pada April ini. Di sisi lain, kondisi tanaman kedelai di AS juga sedang bagus dan cuaca juga normal di sana," kata Chandran Sinnasamy, kepala perdagangan diLT International Futures (M) Sdn.Selain kondisi cuaca yang bagus, Departemen Pertanian menyatakan, lahan yang ditanami kedelai per 23 April lebih luas dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini diekspektasi akan menggenjot produksi kedelai sebagai bahan baku minyak kedelai, yang merupakan produk substitusi minyak sawit.Di sisi lain, kata Sinnasamy, permintaan minyak sawit akan tetap flat pada April sampai Juni. Importir tidak akan buru-buru mengisi stok, dan hanya akan membeli sesuai kebutuhan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Stok global diprediksi naik, CPO turun tajam
KUALA LUMPUR. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) tergerus tajam, karena spekulasi suplai minyak nabati global bakal menggemuk. Koreksi yang terjadi hari ini, merupakan yang terbesar dalam sepekan.Kontrak CPO untuk pengiriman Juli di Malaysia Derivatives Exchange tumbang 1,1% ke posisi RM 3.474 atau setara US$ 1.137 per metrik ton. Ini penurunan terbesar sejak 19 April lalu. Selanjutnya, kontrak yang sama mengakhiri sesi perdagangan pagi di level RM 3.478 per metrik ton.Pasar berspekulasi, suplai minyak nabati dunia bakal bertambah. Ini lantaran produksi minyak sawit di Malaysia akan lebih besar, apalagi ada perluasan penanaman kedelai di Amerika Serikat. Sebelumnya, Malaysian Palm Oil Board melaporkan produksi minyak sawit di Malaysia naik 2,1% menjadi 1,21 juta ton pada Maret lalu. Siklus produksi memang mulai meningkat terhitung Maret, setelah periode produksi rendah di Januari dan Februari."Produksi CPO diperkirakan akan naik 6%-8% pada April ini. Di sisi lain, kondisi tanaman kedelai di AS juga sedang bagus dan cuaca juga normal di sana," kata Chandran Sinnasamy, kepala perdagangan diLT International Futures (M) Sdn.Selain kondisi cuaca yang bagus, Departemen Pertanian menyatakan, lahan yang ditanami kedelai per 23 April lebih luas dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini diekspektasi akan menggenjot produksi kedelai sebagai bahan baku minyak kedelai, yang merupakan produk substitusi minyak sawit.Di sisi lain, kata Sinnasamy, permintaan minyak sawit akan tetap flat pada April sampai Juni. Importir tidak akan buru-buru mengisi stok, dan hanya akan membeli sesuai kebutuhan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News