Stok minyak sawit menipis tak pengaruhi biodiesel



JAKARTA. Hingga pertengahan tahun 2017, produksi minyak kelapa sawit dalam negeri masih belum maksimal. Produksi yang masih rendah ini tidak sejalan dengan permintaan minyak sawit yang terus meningkat di pasar global.

Akibatnya, stok minyak sawit Indonesia berada di bawah 1 juta ton. Namun penurunan stok ini diprediksi tak akan mempengaruhi subsidi biodiesel dan ketersediaan minyak goreng. Menurut catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) kenaikan ekspor CPO selama beberapa bulan pertama di awal tahun 2017 telah mengikis stok minyak sawit menjadi 888.000 ton lagi.

Sebab kinerja ekspor minyak sawit selama kuartal pertama 2017 mencapai 10,7 juta ton. Ekspor ini mengalami kenaikan sebesar 26% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 8,7 juta ton saja. Menurut Direktur Eksekutif GAPKI Fadhil Hasan, pada bulan April 2017 ekspor minyak sawit Indonesia kembali mencatat kenaikan 6% menjadi 2,68 juta ton dibandingkan bulan Maret yang sebesar 2,53 juta ton.


"Ekspor minyak sawit meningkat karena permintaan pasar global yang tinggi sehingga tidak dapat dipungkiri kebutuhan akan minyak sawit tetap tinggi," ujarnya. Karena itu, GAPKI mencatat harga CPO sejak bulan Mei hingga Juni diprediksi akan meningkat. Bila selama bulan Mei harga CPO bergerak di kisaran US$ 695 - US$ 750 per metrik ton, maka pada bulan Juni harga CPO diperkirakan bisa bergerak di kisaran US$ 700 - US$ 750 per metrik ton. Komisaris Grup Wilmar, Master Parulian Tumanggor mengatakan stok CPO yang terus menipis tidak mengkhawatirkan produksi minyak goreng dan biodiesel di dalam negeri. Pasalnya, pengusaha CPO akan lebih mengutamakan kebutuhan minyak dalam negeri ketimbang ekspor.

"Paling kalau stoknya terus menipis maka ekspor akan dikurangi, dan ini berpotensi membuat harga CPO di pasar global meningkat," ujar Tumanggor kepada KONTAN, Senin (5/6). Menurut Tumanggor, meskipun harga CPO terkerek naik, tidak akan mempengaruhi subsidi biodiesel dan harga minyak goreng dalam negeri.

Sebab untuk memenuhi kebutuhan biodiesel dari CPO, sudah dilakukan sebelumnya dengan menandatangani kontrak termasuk volumenya di antara produsen CPO dan industri biodiesel. Sehingga kenaikan harga CPO tidak akan mendorong kenaikan subsidi untuk biodiesel.

"Jadi kalau subsidi biodiesel tidak ada hubungannya lagi dengan kenaikan harga CPO karena semau sudah tender dan sudah ditandatangani, termasuk volume dan lokasinya," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan