SYDNEY. Minyak mentah diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam tiga hari di pasar Asia. Harga emas hitam ini cenderung menguat, setelah stok minyak di AS melorot pada pekan lalu. Semalam, American Petroleum Institute (API) melaporkan stok berkurang 1,8 juta barel menjadi 384,1 juta barel per pekan lalu. Sementara itu, Departemen Energi juga dijadwalkan merilis data suplai pada hari ini. Para ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi, pemerintah pun akan merilis terjadinya penurunan stok sebanyak 500.000 barel.Kontrak minyak WTI untuk pengiriman Juli bergerak tipis 9 sen ke US$ 84,20 sebarel pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange pukul 09.06 waktu Sydney. Kemarin, kontrak yang sama melesat 0,4% ke level US$ 84,29 per barel. Ini harga penutupan tertinggi sejak 31 Mei. Minyak melesat setelah indeks ISM (Institue for Supply Management) non manufaktur secara tak terduga naik ke 53,7 per Mei, dari bulan April di 53,5. Padahal, ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi akan turun ke 53,4. "Data ISM mengalahkan kekhawatiran soal Eropa. Kabar terburuk nampaknya sudah berakhir. Sekarang saatnya untuk menunggu pemulihan," sebut Michael Lynch, presiden Strategic Energy & Economic Research, di Massachusetts.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Stok turun, minyak dekati level tertinggi 3 hari
SYDNEY. Minyak mentah diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam tiga hari di pasar Asia. Harga emas hitam ini cenderung menguat, setelah stok minyak di AS melorot pada pekan lalu. Semalam, American Petroleum Institute (API) melaporkan stok berkurang 1,8 juta barel menjadi 384,1 juta barel per pekan lalu. Sementara itu, Departemen Energi juga dijadwalkan merilis data suplai pada hari ini. Para ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi, pemerintah pun akan merilis terjadinya penurunan stok sebanyak 500.000 barel.Kontrak minyak WTI untuk pengiriman Juli bergerak tipis 9 sen ke US$ 84,20 sebarel pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange pukul 09.06 waktu Sydney. Kemarin, kontrak yang sama melesat 0,4% ke level US$ 84,29 per barel. Ini harga penutupan tertinggi sejak 31 Mei. Minyak melesat setelah indeks ISM (Institue for Supply Management) non manufaktur secara tak terduga naik ke 53,7 per Mei, dari bulan April di 53,5. Padahal, ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi akan turun ke 53,4. "Data ISM mengalahkan kekhawatiran soal Eropa. Kabar terburuk nampaknya sudah berakhir. Sekarang saatnya untuk menunggu pemulihan," sebut Michael Lynch, presiden Strategic Energy & Economic Research, di Massachusetts.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News